Sabtu 09 Mar 2024 16:28 WIB

Jika Setan dan Hawa Nafsu Rugikan Manusia, Mengapa Allah SWT Ciptakan Keduanya? 

Setan dan hawa nafsu akan menggelincirkan umat manusia

Rep: Fuji E Permana / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi berdoa dijauhkan dari setan. Setan dan hawa nafsu akan menggelincirkan umat manusia
Foto: Republika/Wihdan
Ilustrasi berdoa dijauhkan dari setan. Setan dan hawa nafsu akan menggelincirkan umat manusia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Satu di antara alasan diciptakannya setan agar manusia berlindung kepada Allah SWT. Satu dari banyak alasan diciptakannya hawa nafsu pada manusia juga supaya manusia selalu menghadap dan mendekatkan diri kepada Allah SWT untuk melawan hawa nafsu.

Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam mengatakan sebagai berikut:

Baca Juga

جعله لك عدوا ؛ ليحوشك به إليه ، وحرك عليك النفس ؛ ليدوم إقبالك عليه 

"Allah sengaja menjadikan setan sebagai musuh kalian, supaya kalian tidak suka kepada setan dan berlindung kepada Allah. Demikian juga Allah tetap menggerakkan hawa nafsu kalian, supaya kalian tetap selalu menghadap kepada Allah untuk melawan hawa nafsu." (Syekh Ibnu Athaillah, al-Hikam)

Ustadz Salim Bahreisy dalam buku Terjemahan al-Hikam menambah penjelasan Syekh Ibnu Athaillah dengan mengutip beberapa ayat Alquran. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اِنَّهٗ لَيْسَ لَهٗ سُلْطٰنٌ عَلَى الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَللٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ 

Innahū laisa lahū sulṭānun ‘alal-lażīna āmanū wa ‘alā rabbihim yatawakkalūn(a).

"Sesungguhnya ia (setan) tidak memiliki pengaruh terhadap orang-orang yang beriman dan bertawakal hanya kepada Tuhan mereka. (QS An-Nahl ayat 99)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اِنَّمَا سُلْطٰنُهٗ عَلَى الَّذِيْنَ يَتَوَلَّوْنَهٗ وَالَّذِيْنَ هُمْ بِهٖ مُشْرِكُوْنَ ࣖ

Innamā sulṭānuhū ‘alal-lażīna yatawallaunahū wal-lażīna hum bihī musyrikūn(a).

“Pengaruhnya hanyalah terhadap orang-orang yang menjadikannya pemimpin dan orang-orang yang menjadi musyrik karena (tipu daya)nya.”  (QS An-Nahl ayat 100)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

۞ وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَببِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Wa mā ubarri'u nafsī, innan-nafsa la'ammāratum bis-sū'i illā mā raḥima rabbī, inna rabbī gafūrur raḥīm(un).

“Aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (QS Yusuf ayat 53)

Seorang pujangga berkata, "Sesungguhnya aku telah diuji dengan empat musuh yang selalu melempar aku dengan anak panah yang dapat menembus. Yaitu iblis, dunia, hawa nafsu, dan syahwat. Ya Tuhanku hanya Engkau yang dapat menyelamatkanku."

Allah SWT menjadikan setan sebagai musuh manusia, hal ini adalah suatu nikmat besar bagi manusia. Sebab dengan demikian manusia selalu harus berlindung dan mendekat kepada Allah SWT, untuk menjaga keselamatan diri dari setan atau musuhnya.

Baca juga: Bawah Masjid Al Aqsa Penuh Terowongan, Mitos Kuil Sulaiman dan Sapi Merah yang tak Muncul 

Sebab manusia sendiri tidak akan sanggup melawan musuhnya yang sangat banyak dan samar (tidak terlihat). Maka caranya hanya dengan berlindung kepada Allah SWT untuk bisa melawan musuh yaitu setan. Demikian dijelaskan Ustadz Salim Bahreisy dalam buku Terjemahan Al-Hikam terbitan Balai Buku. 

Ada juga ulama yang mengatakan, diciptakannya setan untuk menguji keimanan dan ketakwaan seseorang. Jika terbukti keimanan dan ketakwaannya, ditunjukan dengan upaya dan keberhasilannya melawan godaan setan, maka orang tersebut naik derajatnya dalam pandangan Allah SWT sehingga setan maupun hawa nafsu bisa menjadi anak tangga untuk menaikan derajat atau membuktikan kesungguhan iman dan takwa kepada Allah SWT.

photo
Cara setan menggoda manusia (ilustrasi) - (republika)

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement