Sabtu 09 Mar 2024 22:50 WIB

Mengapa Program Nyamuk Wolbochia di Jawa Barat Belum Efektif? Ini Jawaban Dinkes

Dinkes sebut efektivitas program nyamuk wolbochia jika sentuh 60 persen

Petugas dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung memeriksa ember berisi pakan dan telur nyamuk yang sudah disuntikkan bakteri Wolbachia di Kantor Dinkes Kota Bandung, Bandung, Jawa Barat, Senin (13/11/2023). Pemerintah Kota Bandung telah mengimplementasikan inovasi bakteri wolbachia ke dalam telur-telur nyamuk Aedes aegypty guna menekan kasus DBD di Kota Bandung. Kota Bandung merupakan satu dari lima kota pilot project untuk implementasi penanggulangan DBD berbasis teknologi wolbachia.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Petugas dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung memeriksa ember berisi pakan dan telur nyamuk yang sudah disuntikkan bakteri Wolbachia di Kantor Dinkes Kota Bandung, Bandung, Jawa Barat, Senin (13/11/2023). Pemerintah Kota Bandung telah mengimplementasikan inovasi bakteri wolbachia ke dalam telur-telur nyamuk Aedes aegypty guna menekan kasus DBD di Kota Bandung. Kota Bandung merupakan satu dari lima kota pilot project untuk implementasi penanggulangan DBD berbasis teknologi wolbachia.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG- Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat mengungkapkan program nyamuk Wolbachia untuk memutus penyebaran demam berdarah dengue (DBD), baru akan efektif jika populasi nyamuk tersebut telah berada di atas 60 persen di satu daerah.

Menurut Kepala Dinkes Jawa Barat Vini Adiani Dewi, program pengembangbiakan nyamuk wolbachia untuk melemahkan penyebab DBD yang diuji di Ujungberung, Kota Bandung, baru mencapai 16 persen dari populasi nyamuk di sana, sehingga masih membutuhkan waktu agar program ini berdampak dalam menurunkan kasus, hingga kematian dari DBD.

Baca Juga

"Untuk di Ujungberung itu kan baru September. Persentase baru 16 persen. Itu akan efektif, kalau sudah di atas 60 persen (nyamuk dengan) Wolbachia-nya. Paling cepat baru satu tahun yang akan datang," ujar Vini dalam pesan singkat di Bandung, Sabtu.

Contoh program nyamuk Wolbachia yang efektif, dikatakan Vini, adalah yang dilakukan di Yogyakarta, di mana telah terjadi penurunan angka kematian hingga 70 persen.

Namun, Vini mengatakan bahwa di Jawa Barat akan membutuhkan waktu cukup lama, karena terbatasnya tempat produksi nyamuk dengan Wolbachia ini.

"Jadi mengapa 16 persen, karena jumlah bibit nyamuk masih sedikit karena tempat produksi hanya di Yogyakarta dan Surabaya," ucapnya.

Penyebaran nyamuk dengan Wolbachia di Jawa Barat yang baru dilaksanakan di Kecamatan Ujungberung ini, baru dilaksanakan di Kelurahan Pasanggrahan, yang rencananya akan dilanjutkan ke seluruh Kota Bandung dan Jawa Barat.

"Sebenarnya di Ujungberung ada lima kelurahan, namun belum semua dilakukan implementasi Wolbachia, masih menunggu arahan Kemenkes. Program ini merupakan pilot project dari Kemenkes semoga ke depannya seluruh kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat dapat mengimplementasikan program ini," ujar dia.

Namun demikian, Vini menegaskan bahwa program ini adalah alat bantu dan bukanlah hal utama, karena yang terpenting adalah menjaga kebersihan lingkungan supaya tidak menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti.

"Wolbachia sekali lagi bukan yang utama. Paling penting adalah gerakan 3M plus. Ketika kita melaksanakan gerakan 3M Pkus, bukan saja nyamuk Aedes Aegypti tetapi juga membersihkan lingkungan," tuturnya.

Kota Bandung menjadi salah satu kota yang ditunjuk Kementerian Kesehatan sebagai salah satu fokus penyebaran nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia pada November 2023 lalu. Tak hanya Bandung, empat kota lainnya di Indonesia menjadi lokus juga yaitu Jakarta Barat, Semarang, Bontang, dan Kupang.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa Barat, jumlah kasus di Kota Bandung pada Januari 2024 ini yaitu sebanyak 153 kasus dengan satu korban jiwa.

Baca juga: Bawah Masjid Al Aqsa Penuh Terowongan, Mitos Kuil Sulaiman dan Sapi Merah yang tak Muncul 

Program penyebaran nyamuk Aedes aegypti yang ber-Wolbachia di Bandung saat ini baru dilakukan di Kelurahan Pasanggrahan, Kecamatan Ujungberung.

Saat ini, ada 308 ember yang yang tersebar di 15 RW. Rilis pertama di 1 kelurahan pada 31 Oktober 2023, dan dilakukan servis setiap 2 pekan untuk mengganti telur nyamuk, pakan, dan air baru di setiap ember yang disebar di rumah warga.

Pengawas kader terlatih dibantu oleh Kader di setiap RT yang melaksanakan servis penggantian isi ember nyamuk ber-Wolbachia. Saat ini sudah dilakukan servis ke-6 yang dilaksanakan pada 23 Januari 2024.

Proses penyebaran akan dilaksanakan sampai nyamuk Wolbachia di alam minimum 60 persen, yang kemudian peletakan ember akan dihentikan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement