REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemempora) menggelar pelatihan digital kreatif marketing bagi pemuda 2024 pada 6-7 Maret, di Hotel Amarosa, Bogor, Jawa Barat. Pelatihan ini merespon perkembangan teknologi digital yang telah mengubah paradigma bisnis, di mana perusahaan semakin bergantung pada platform online untuk mempromosikan produk dan layanan mereka.
Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda, Prof Asrorun Ni'am Sholeh mengatakan pelatihan ini digelar sebagai bagian kebutuhan zaman. Ni'am Sholeh berharap para pemuda dapat berpartisipasi dan mengartikulasikan perkembangan era digital dengan kebutuhan saat ini dan akan datang serta memperhatikan resiko dan sisi positif dari setiap perkembangan.
"Setiap generasi harus memahami proses waktu kapan memulai dan kapan harus berhenti ketika sudah terjun dalam dunia digitalisasi, dan kegiatan pelatihan ini merupakan bagian dari peran dan kontribusi Kemenpora RI kepada pemuda Indonesia untuk pengembangan keterampilan pemuda dalam dunia digital, mengingat banyak aspek yang tertinggal dan perlu dikejar serta disesuaikan,” kata Ni’am Sholeh.
Ia menambahkan pemahaman yang tepat pada aspek yang relevan dan disertai kesadaran moralitas dan mentalitas yang tinggi, teknologi digital dapat memperluas jejaring. Ni'am Sholeh mempersilakan teknologi digunakan untuk kepentingan digital marketing. Tetapi jika tidak sesuai dengan kebijakan politik, sebaiknya anak muda menolak menggunakannya.
Menurut Ni'am Sholeh salah satu hal vital dari dunia digital adalah soal integritas diri. Dengan menjunjung integritas di era digital akan membuka dan memperluas kesempatan. Ini bisa menjadi energi bagi pemuda lebih maju.
"Berangkat dari zero to hero. Hal tersebut bukanlah kiasan semata, sebab banyak contoh di sekitar kita yang mulai dari nol menjadi pahlawan, walaupun memiliki keterbatasan dalam hal ekonomi, namun karena keuletan dalam belajar dan memanfaatkan teknologi, mereka mampu menjadi pemimpin dalam ekonomi kreatif digital," ujarnya.
Ni'am Sholeh mencontohkan Nadim Makarim dengan Gojeknya, Achmad Zaky dengan Bukalapaknya. Dengan keterbatasan modal namun mereka mampu memanfaatkan teknologi digital, mereka bisa mengubah ekonomi mereka serta menjadi pemimpin dalam dunia digital marketing.
Ni’am Sholeh mengatakan pemanfaatan teknologi digital untuk memperluas peluang menjadi penting. Integritas adalah prasyarat dalam peran pemasaran digital, karena kunci kepercayaan ada pada semua pihak.
"Karena kepercayaan akan memperluas jaringan, dengan luasnya jaringan akan memberikan akses kemudahan dalam mencapai berbagai potensi dan target. Yang saya tekankan dalam dunia digital adalah integritas," tuturnya.
Hal tersebut menjadi kunci dalam teknologi digital, yaitu menawarkan kepercayaan kepada berbagai pihak. Jika kepercayaan didapat dari mereka, maka secara tidak langsung jaringan akan terbentuk sehingga potensi pengembangan marketing digital usaha dapat terwujud.
"Percuma jika punya potensi di digital marketing tapi tidak jujur, maka potensi akan terkubur, apalagi hingga terjadi penipuan, maka hal tersebut akan tercatat jejak digitalnya," tambah Ni’am Sholeh.
Asdep PKP Triwinarno menyampaikan kegiatan ini bertujuan memberikan pemahaman, sikap, dan keterampilan kepada pemuda agar dapat berkontribusi dalam ekonomi nasional yang berkelanjutan dan inklusif. Pelatihan ini menyediakan pemahaman dasar pemasaran digital, penggunaan perangkat lunak desain grafis, penulisan copy yang menarik, pengelolaan kampanye media sosial, dan praktik komunikasi daring.
Staf Khusus Menpora RI Bidang Percepatan Inovasi Pemuda dan Olahraga, Kemenpora RI, Hasintya Saraswati menekankan tentang pentingnya anak muda lebih giat mengeksplorasi apa yang menjadi dasar kebutuhan saat ini di era digital, termasuk di antaranya memperbanyak literasi dengan beragam media.
"Marketing tidak hanya penguasaan tentang produk dan jasa saja, tapi juga harus mampu mengetahui situasi pasar (market). Iklan tidak hanya sekedar berbayar, tapi branding yang terus dilakukan merupakan bagian dari pada iklan. Kalian harus berkreasi sebebas-bebasnya, tidak terkotak dalam satu pikiran soal apa yang akan dibuat," tuturnya.
Kegiatan ini diikuti berbagai latar belakang dan tingkat literasi digital yang diikuti oleh 100 peserta yang hadir secara langsung, 20 komunitas dan 1000 peserta lainnya mengikuti secara online.