REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Warga Palestina di wilayah pendudukan Yerusalem Timur mempersiapkan Ramadhan dengan diliputi ketakutan. Mereka khawatir di momen bulan suci ini Israel meningkatkan kekerasan mereka hingga memicu kerusuhan.
Warga Palestina di Yerusalem Timur berbicara dengan Aljazirah, mereka mengatakan terlalu takut menggantungkan dekorasi atau menunjukkan perayaan menyambut Ramadhan. Para warga khawatir pemerintah Israel dan pemukim sayap kanan akan menyerang warga selama bulan suci. seperti yang terjadi pada Ramadhan-Ramadhan sebelumnya.
“Saya sangat khawatir akan kemungkinan provokasi,” kata Munir Nuseibah, seorang pengacara Hak Asasi Manusia Palestina yang tinggal di Yerusalem TImur.
“Kami belajar dari masa lalu, semakin banyak kehadiran dan intervensi polisi di Yerusalem TImur akan semakin banyak terjadi konfrontasi (kekerasan),” katanya menambahkan.
Selama Ramadhan, ketegangan kerap meningkat di sekitar Masjid Al Aqsa. Warga Palestina di Tepi Barat sangat ingin sholat di masjid suci ketiga umat Islam itu. Namun, polisi Israel biasanya menghalangi akses dan menyerang jamah.
Pada Ramadhan tahun lalu saja, warga Palestina terpaksa membuat barikade di dalam masjid untuk mencegah polisi Israel mengganggu mereka yang itikaf. Namun saat itu pasukan keamanan Israel berhasil menerobos dan menembakan granat kejut dan gas air mata. Mereka juga memukuli jamaah tanpa pandang bulu, termasuk wanita dan orang tua.
Sementara itu, banyak juga warga di Yerusalem Timur yang berdoa untuk gencatan senjata di Gaza pada Ramadhan tahun ini. Sejak perang pecah pada 7 Oktober lalu, lebih dari 31 ribu warga palestina meninggal dibunuh pasukan Israel.
Kepala Badan Pengungsi PBB UNRWA mengatakan, jelang Ramadhan, kelaparan ekstrem juga menyebar cepat di Gaza. Dua warga Palestina di Gaza utara bahkan meninggal dunia akibat kelaparan.
Hingga saat ini, pasukan Israel terus mengintensifkan serangan di Jalur Gaza. Serangan mereka menewaskan sedikitnya 15 orang termasuk wanita dan anak-anak, di kamp pengungsi Nuseirat dan daerah Al Mawasi, Gaza selatan.