Senin 11 Mar 2024 13:19 WIB

Kriminolog Soroti Fenomena Bunuh Diri Satu Keluarga Terjadi di Kalangan Kelas Menengah

Empat orang dalam satu keluarga melakukan bunuh diri di sebuah apartemen di Jakut.

Red: Andri Saubani
Warga berdoa di sekitar TKP sekeluarga bunuh diri, Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara, Ahad (10/3/2024).
Foto: Dok Republika
Warga berdoa di sekitar TKP sekeluarga bunuh diri, Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara, Ahad (10/3/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Ali Mansur, Ronggo Astungkoro, Bayu Adji P

Empat orang dilaporkan melakukan aksi bunuh diri secara bersamaan di Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara pada Sabtu (9/3/2024) sore. Empat korban itu masih satu keluarga, yaitu sepasang orang tua dan dua orang anaknya.

Baca Juga

Pakar kriminologi dari Universitas Indonesia (UI) Adrianus Meliala menganalisis kematian satu keluarga yang terdiri atas empat orang di Apartemen Teluk Intan Penjaringan lewat aksi bunuh diri itu. Adrianus menduga ada masalah besar yang melatarbelakangi keputusan mengakhiri hidup itu. 

"Saya pikir tidak ada orang yang bahagia mau bunuh diri pastinya, jadi pelaku ini orang yang memiliki masalah berat atau merasa masalah yang dipunyainya berat. Seperti itu ya," kata Adrianus saat dikonfirmasi pada Senin (11/3/2024).

Adrianus mendorong polisi menelusuri masalah berat tersebut hingga menyebabkan sekeluarga bunuh diri. Adrianus mengendus adanya kemungkinan masalah berat yang ditanggung sekeluarga. 

"Saya menduga mereka hanya punya satu masalah saja, tetapi menimpa semua, sehingga semua sepakat solusinya adalah bunuh diri," ujar Adrianus.

Adrianus juga mengamati kasus bunuh diri ini terjadi di keluarga yang secara ekonomi tergolong menengah. Mereka padahal mengeyam pendidikan dan punya akses terhadap informasi yang lebih luas. 

"Kejadian ini terjadi di keluarga kelas menengah. Saya asumsinya mereka lebih baik pendidikannya, asupan informasinya, kemampuan ekonomi, dan akses sosial politiknya. Tapi itu ternyata tak bisa jadi solusi, sehingga bunuh diri dianggap yang paling oke," ujar Adrianus. 

Adrianus lantas membayangkan jika masalah yang sama menimpa keluarga miskin. Dengan logika yang sama, mereka lebih berpotensi untuk bunuh diri. Tetapi Adrianus mengamati angka bunuh diri di kalangan menengah ke bawah tidak tinggi. 

"Saya membacanya mereka mempunyai resiliensi atau ketahanan yang tinggi. Inilah yang tak dipunyai kelas menengah yang dari gaya hidup kelihatan hebat, tapi ternyata masalahnya segudang," ujar mantan Anggota Ombudsman RI itu. 

photo
Komik Si Calus : Anak-Anak - (Republika/Daan Yahya)

 

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement