REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkembangan teknologi semakin melesat. Masyarakat mulai memanfaatkan teknologi untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Mulai dari berbelanja, komunikasi dengan kerabat, sebagai sarana pendidikan, sarana berjualan, dan lain-lain.
Begitupun dengan informasi yang semakin cepat didapatkan oleh masyarakat melalui media sosial. Bisa kita lihat hampir semua masyarakat menggunakan media sosial untuk hiburan dan mencari informasi terbaru.
Teknologi memberikan dampak positif dan negatif, tergantung seberapa pintar seseorang memanfaatkan teknologi. Jika teknologi digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat, maka teknologi bisa menjadi hal positif bagi dirinya. Namun sebaliknya, jika teknologi digunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, bermaksiat, melakukan bullying lewat media sosial, menggibah, dan sebagainya, maka teknologi akan bernilai buruk.
Oleh karena itu, Islam mengajarkan umat Muslim untuk pandai dalam menggunakan teknologi agar tidak bernilai negatif.
Berikut terdapat langkah-langkah dalam mengupayakan media sosial agar tidak menyalahi aturan-aturan syar’i.
Pertama, mencari informasi yang bermanfaat
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا, سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا إِلَى الجَنَّةِ
Barangsiapa menempuh satu jalan (cara) untuk mendapatkan ilmu, maka Allah pasti mudahkan baginya jalan menuju surga. (HR. Muslim).
Mencari ilmu melalui media sosial memiliki peran penting dalam memperluas wawasan dan mendapatkan informasi terbaru dari berbagai sumber. Media sosial memungkinkan akses mudah ke konten pendidikan, diskusi, dan koneksi dengan ahli di berbagai bidang.
Maka, memanfaatkan media sosial untuk mencari ilmu akan lebih mulia daripada melihat berita gosip yang tidak bernilai.
Kedua, membudayakan tabayyun
Tabayyun adalah mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas dan benar keadaannya.
Dalam pengertian lain, tabayyun adalah sebuah konsep penting dalam Islam yang mengajarkan pentingnya mencari kebenaran dan kejelasan sebelum membuat kesimpulan atau menyalahkan orang lain. Dalam konteks sosial dan hukum Islam, tabayyun mengajarkan untuk tidak tergesa-gesa dalam menuduh atau mengambil tindakan tanpa memahami situasi dengan baik.
Seperti dalam firman Allah pada Surat al-Hujurat ayat 6 yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. Al-Hujurat: 6).
Dengan demikian, ketika seseorang mendapatkan informasi melalui media sosial hendaknya memeriksa terlebih dahulu kebenaran informasi tersebut. Agar tidak menjadi salah paham dan tidak menjadi fitnah bagi orang yang mendengarnya.
Lihat halaman berikutnya >>>