Senin 11 Mar 2024 14:43 WIB

PDIP Jawara di Bali tapi Ganjar-Mahfud Kalah, Ini Analisa Pengamat

Bali dinilai kental sebagai basis PDIP dipengaruhi oleh trah Soekarno.

Rep: Eva Rianti/ Red: Teguh Firmansyah
Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – PDIP mempertahankan basis suaranya di Bali. Partai pimpinan Megawati Soekarnoputri unggul mutlak dengan suara meyakinkan hingga hampir empat kali lipat dibandingkan pemenang nomor urut dua. Namun yang tak disangka-sangka, meski menang dengan suara jauh, PDIP gagal mendorong kemenangan pasangan Ganjar-Mahfud MD. Mereka kalah dengan pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. 

Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin tak menampik bahwa basis merah di Bali sangat kental.  “Soal identitas partai atau kekuatan PDIP jago di Bali karena Bali itu ‘merahnya’ sangat jelas. Karena trah Soekarno (Presiden RI ke-1 yang juga ayah pendiri PDIP Megawati Soekarnoputri) leluhurnya di Bali, jadi secara identitas kepartaian atau kekuatan partai, tidak bisa dikalahkan,” kata Ujang kepada Republika, Senin (11/3/2024).

Baca Juga

Sementara itu, saat berbicara soal capres-cawapres yang diusung, hal itu menjadi pertimbangan tersendiri untuk masyarakat di Bali. Sehingga sekalipun para pemilih di Bali telah menjatuhkan pilihan pada PDIP di Pileg, belum tentu mereka memilih paslon Ganjar-Mahfud.  

“Kalau soal calonnya beda lagi. Dalam pemilihan yang sifatnya tertutup dan rahasia pemilih di Bali mencoblos partainya sebagai partai yang katakanlah pilihannya tapi pada saat yang sama tidak memilih capres dan cawapres, di situlah sebenarnya kekuatan identitas kepartaian lebih bagus dan lebih kental di Bali dibandingkan mereka harus mencoblos kandidat yang diusung PDIP,” jelasnya.

Lebih lanjut, Ujang menyebut hal itu dipengaruhi pula oleh sosok figur capres-cawapres bagi masyarakat Bali. Menurutnya, kemungkinan mayoritas pemilih di Bali cenderung menyenangi figur paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

“Saya melihat figuritas Ganjar-Mahfud mungkin masih bisa dikalahkan oleh Prabowo-Gibran, ibaratnya ‘ya sudahlah kita coblos partainya, tapi untuk capres-cawapresnya 02’ bisa saja terjadi. Dan dalam konteks itu identitas partai di Bali lebih kuat dibandingkan figure capres-cawapres sehingga partai dicoblos, tapi capres-cawapres yang dipilih yang lain, yakni 02,” jelasnya.

Sebelumnya diketahui, PDIP menang telak dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) DPR di Provinsi Bali. Kendati begitu, pasangan capres-cawapres yang diusung PDIP, Ganjar-Mahfud, ternyata kalah di Pulau Dewata.

Raihan suara PDIP dan Ganjar-Mahfud itu diketahui setelah KPU menetapkan hasil Pemilu 2024 Provinsi Bali dalam rapat rekapitulasi penghitungan suara tingkat nasional yang digelar di Kantor KPU RI, Jakarta Pusat, Ahad (10/3/2024).

PDIP dan sembilan calegnya total meraih 1.290.884 suara. Partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu unggul telak hampir empat kali lipat dibandingkan peraih suara terbanyak kedua, yakni Partai Golkar yang mendulang 333.521 suara.

Dengan raihan suara sebesar itu, PDIP akan memenangkan lima kursi anggota DPR dari total sembilan kursi yang diperebutkan di Daerah Pemilihan (Dapil) Bali. Empat kursi lainnya didapatkan masing-masing satu oleh Partai Golkar, Gerindra, Demokrat, dan Nasdem. Raihan kursi itu diketahui setelah Republika mengonversi total suara PDIP menjadi perolehan kursi menggunakan metode Sainte Lague, rumus resmi yang diatur dalam UU Pemilu.

Namun, saat PDIP mendominasi Pileg 2024 di Bali, Ganjar-Mahfud justru kalah. Pasangan nomor urut 3 itu tercatat meraih 1.127.134 suara atau 42,04 persen dari total suara sah. Pemenang Pilpres 2024 di Bali adalah pasangan Prabowo-Gibran yang mendulang 1.454.640 suara atau 54,25 persen. Sementara itu, pasangan Anies-Muhaimin hanya mendapatkan 99.233 suara atau 3,7 persen. Eva Rianti

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement