Senin 11 Mar 2024 21:15 WIB

Pembangkit Listrik Tenaga Angin Lepas Pantai di Jepang akan Dikembangkan

Jepang bertujuan untuk menjadi produsen tenaga angin lepas pantai utama.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Jepang bertujuan untuk menjadi produsen tenaga angin lepas pantai utama.
Foto: www.freepik.com
Jepang bertujuan untuk menjadi produsen tenaga angin lepas pantai utama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- SSE Pacifico, unit Jepang dari grup energi Inggris SSE (SSE.L), menargetkan untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai sebesar 6 gigawatt (GW) di Jepang, demikian kata pimpinan perusahaan. SSE melihat Jepang sebagai pasar luar negeri yang menjadi fokus dan pusat regional.

Jepang bertujuan untuk menjadi produsen tenaga angin lepas pantai utama, dengan pemerintah menargetkan 10 GW pada tahun 2030 dan hingga 45 GW pada tahun 2040 sebagai bagian dari upaya dekarbonisasi.

Baca Juga

SSE Pacifico didirikan pada tahun 2021 sebagai perusahaan patungan, dengan SSE Renewables memegang 80 persen saham dan Pacifico Energy, mitra lokal dengan rekam jejak pengembangan tenaga surya sebesar 1,3 GW sejak tahun 2012.

"Target resmi kami adalah untuk menyelesaikan proyek-proyek kami dengan kapasitas sebesar 6 GW. Target saya adalah membawa satu proyek per tahun untuk dilelang (melalui lelang negara), mulai paruh akhir dekade ini,” kata Presiden SSE Pacifico, Dai Karasawa, seperti dilansir Reuters, Senin (11/3/2024).

Jalur pipanya mencakup proyek berkapasitas 0,5 GW di lepas pantai Mihama di prefektur Wakayama, dan proyek 0,5 GW lainnya di lepas pantai Omaezaki di prefektur Shizuoka.

"Karena kami telah berbicara dengan para pemangku kepentingan setempat dan kami mengetahui lokasi tersebut, kami memiliki kemungkinan besar untuk memenangkan tender setelah lokasi-lokasi tersebut ditetapkan sebagai area lelang pada paruh kedua dekade ini," ujar Karasawa.

Karasawa percaya bahwa perusahaannya memberikan kombinasi yang kuat karena Pacifico Energy dapat mengelola para pemangku kepentingan lokal, sementara SSE dapat berkontribusi dalam hal teknik dan pengadaan.

“Sekitar setengah dari 6 GW yang ditargetkan akan menjadi tipe fixed-bottom dan yang lainnya akan mengambang,” kata dia.

Jepang menerapkan undang-undang baru pada tahun 2019 untuk mendorong pengembangan pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai. Dengan kapasitas pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai yang terpasang saat ini kurang dari 0,5 GW, pemerintah berencana untuk melelang sekitar 1 GW proyek angin lepas pantai setiap tahunnya hingga tahun 2030.

Pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai dimaksudkan untuk menjadi pusat perluasan energi terbarukan di Jepang. Namun kemajuannya telah tertunda karena peraturan lelang perlu direvisi sebagai tanggapan atas kritik dari para pelaku bisnis yang menyoroti kurangnya kejelasan dalam putaran pertama lelang.

Pada bulan Desember, RWE dari Jerman (RWEG.DE) menjadi perusahaan asing pertama yang bergabung dengan para pemenang, dan mendapatkan tempat di salah satu dari tiga konsorsium yang menang di putaran kedua lelang. Sejauh ini, setiap konsorsium pemenang lelang terdiri dari perusahaan perdagangan Jepang.

"Kami terbuka untuk berbicara dengan mitra potensial mana pun jika kita dapat menjalin kemitraan dengan pembagian peran yang efisien," kata Karasawa.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement