Selasa 12 Mar 2024 07:19 WIB

Anak Diikat Orang Tua di Kasus Penjaringan Diduga karena Tolak Bunuh Diri

Anak patut dipandang sebagai korban dalam peristiwa ekstrem seperti di Penjaringan.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Gita Amanda
Warga berdoa di sekitar TKP sekeluarga bunuh diri, Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara, Ahad (10/3/2024).
Foto: Dok Republika
Warga berdoa di sekitar TKP sekeluarga bunuh diri, Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara, Ahad (10/3/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel mensinyalir JL (15 tahun) dan JWA (13) sebenarnya menolak melakukan aksi bunuh diri. Namun mereka dipaksa kedua orangtuanya hingga perlu diikat sebelum melompat.

Empat orang dilaporkan meninggal setelah melompat dari lantai 22 Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara pada Sabtu (9/3/2024) sore. Empat orang itu masih satu keluarga, yaitu sepasang suami istri dan dua orang anaknya. 

Baca Juga

"Urgent untuk bangun perspektif ketika anak dibawa ke situasi fatal, narasi mereka sekeluarga bunuh diri harus dikoreksi. Kalau dua orang dewasa bunuh diri wajar,  kalau dua anak harus dipandang mereka tidak mau, tidak punya konsen melakukan itu," kata Reza kepada Republika, Senin (11/3/2024) lalu.

Reza merasa ada kejanggalan dengan kasus bunuh diri di Penjaringan. Menurut Reza, anak yang diikat orangtuanya jelang melompat justru memperkuat dugaannya soal anak dipaksa bunuh diri oleh orangtuanya. "Memperkuat dugaan saya bahwa dua anak itu dipaksa sedemikian rupa ke situasi yang berakibat hilangnya nyawa," ujar Reza.

Oleh karena itu, Reza mengendus kecurigaan bahwa sebenarnya dua anak dalam peristiwa tersebut merupakan korban "pembunuhan" orangtuanya. Sehingga keduanya lebih tepat disebut sebagai korban. "Alih-alih disebut pelaku bunuh diri, lebih tepat disebut korban bunuh diri," ucap Reza.

Dalam aspek perlindungan anak, Reza menekankan anak patut dipandang sebagai korban dalam peristiwa ekstrem seperti di Penjaringan. Adapun sepasang orangtua korban dipandang sudah punya rencana menghabisi nyawa bersama. "Salah satunya (ayah atau ibu korban) bahkan bisa disebut pembunuh kedua anaknya," ucap Reza.

Sebelumnya, aparat kepolisian mengungkapkan empat korban bunuh diri melompat dari Apartemen Teluk Intan dalam kondisi tangan terikat ketika jatuh secara bersamaan. Para korban terakhir menempati salah satu unit di apartemen tersebut sekitar dua tahun lalu sebelum akhirnya kembali kemarin.

"Pada saat terjatuh itu masih dalam kondisi EA (50 tahun) dan JL (15) terikat tangannya dengan tali yang sama. AEL (52) terikat tali yang sama dengan JWA (13), ikatan tali tersebut mengikat," ucap Kapolsek Metro Penjaringan Kompol Agus Ady Wijaya di Jakarta, Sabtu (9/3/2024).

 

 

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement