Selasa 12 Mar 2024 13:58 WIB

Pergerakan Warga Selama Lebaran Diprediksi Capai 193,6 juta Orang, Ini Langkah Pemerintah

Kemenhub akan berlakukan kebijakan efektif untuk antisipasi pergerakan selama Lebaran

Rep: Fauziah Mursid / Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sejumlah penumpang KA Fajar Utama tiba di Stasiun Pasar Senen, Jakarta. Pergerakan masyarakat selama Hari Raya Idul Fitri 2024/1445 Hijriah diprediksi sebanyak 193,6 juta orang
Foto: ANTARA FOTO/Arif Firmansyah
Sejumlah penumpang KA Fajar Utama tiba di Stasiun Pasar Senen, Jakarta. Pergerakan masyarakat selama Hari Raya Idul Fitri 2024/1445 Hijriah diprediksi sebanyak 193,6 juta orang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Pergerakan masyarakat selama Hari Raya Idul Fitri 2024/1445 Hijriah diprediksi sebanyak 193,6 juta orang atau mencapai 71,7 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Angka ini didapat berdasarkan hasil survei Kementerian Perhubungan melalui Badan Kebijakan Transportasi bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik, Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta melibatkan para pakar dan akademisi di bidang transportasi.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyampaikan survei menunjukkan adanya tren peningkatan dibanding potensi pergerakan pada masa Lebaran 2023 lalu yakni 123,8 juta orang. Peningkatan potensi pergerakan masyarakat ini kata dia, telah dilaporkan kepada Presiden Joko Widodo dan telah diinformasikan kepada pemangku kepentingan (stakeholder) terkait seperti kementerian/lembaga, pemerintah daerah, Korlantas Polri, BUMN dan swasta.

"Melihat gambaran kondisi tersebut, kami melakukan langkah persiapan baik secara operasional maupun kebijakan dalam pengendalian, pengaturan transportasi, dan penanganan secara komprehensif bersama Instansi kementerian dan lembaga pada pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, serta pihak swasta," kata Budi Karya dikutip dari siaran persnya, Selasa (12/3/2024).

Budi Karya menyampaikan, pemerintah akan memberlakukan kebijakan yang efektif untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan pemudik yang mengakibatkan kepadatan di simpul dan di ruas jalan melalui pola perjalanan, pola transportasi, dan pola lalu lintas.

"Pengaturan waktu mudik, penyelenggaraan diskon tarif transportasi massal untuk mudik lebih dini, mudik gratis, rekayasa lalu lintas, diskon tarif jalan tol, hingga pengaturan lalu lintas terutama pada daerah yang beresiko terjadi kepadatan luar biasa akan kami lakukan," kata Budi Karya.

Ia memaparkan, hasil survei menunjukkan daerah asal perjalanan terbanyak, yaitu Jawa Timur sebesar 16,2 persen yakni 31,3 juta orang, disusul Jabodetabek sebesar 14,7 persen dengan 28,43 juta orang, dan Jawa Tengah sebesar 13,5 persen sekitar 26,11 juta orang.

Sementara itu, untuk daerah tujuan terbanyak, yaitu Jawa Tengah sebesar 31,8 persen dengan 61,6 juta orang, Jawa Timur sebesar 19,4 persen sebesar 37,6 juta orang, dan Jawa Barat sebesar 16,6 persen yakni 32,1 juta orang.

Sedangkan minat masyarakat terhadap pemilihan penggunaan angkutan untuk mudik lebaran terbanyak adalah kereta api sebesar 20,3 persen yakni 39,32 juta, bus 19,4 persen sekitar 37,51 juta orang, mobil pribadi 18,3 persen yaknu 35,42 juta)l, dan sepeda motor sebesar 16,07 persen sekitar 31,12 juta). 

Meningkatnya pergerakan masyarakat tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tidak adanya COVID-19, ekonomi keluarga, cuti bersama, liburan anak sekolah, peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana transportasi, serta kondisi cuaca.

Perkiraan puncak hari mudik berdasarkan pilihan masyarakat adalah H-2 atau Senin, 8 April 2024 (dimulainya cuti bersama) dengan potensi pergerakan 26,6 juta orang (13,7 persen). Sedangkan perkiraan puncak hari balik adalah H+3 yakni Ahad, 14 April 2024 dengan potensi pergerakan 41 juta orang (21,2 persen).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement