REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dosen Peternakan dari Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Nanung Danar Dono mengingatkan masyarakat agar tidak menyembelih dan mengonsumsi hewan ternak yang mati karena sakit untuk mencegah penyebaran antraks. Sapi maupun kambing yang mati sebaiknya tidak dijadikan bahan makanan.
"Daging bangkai tidak boleh dikonsumsi karena matinya karena zoonosis bisa menular ke manusia," kata Nanung dalam keterangan resmi di Yogyakarta, Selasa (12/3/2024).
Menurut Nanung, hewan yang sakit sebaiknya diisolasi untuk diobati terlebih dahulu hingga betul-betul dinyatakan sehat. Namun, jika ditemukan ternak hewan yang sudah mati yang ditengarai terkena antraks sebaiknya langsung dikubur atau dikremasi di lokasi.
"Jika tidak ada alat kremasi, maka dikubur saja ditimbun lalu disemen, tidak boleh dibongkar selamanya karena spora sangat awet dan antidesinfektan, sehingga penting adanya literasi dan edukasi agar kasus seperti ini tidak terulang kembali," kata dia.
Nanung menyarankan agar hewan yang mati karena sakit tidak dipindah ke tempat lain. Sebab, jika hewan mati tersebut mengeluarkan darah maka tercecer dan menyebarkan spora di sepanjang jalan.
"Jika dipindah, besar kemungkinan spora tercecer ke mana-mana," kata dia.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM Prof Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni menilai munculnya kembali kasus antraks di Kecamatan Gedamgsari, Gunungkidul disebabkan oleh spora dari Bacillus anthracis yang bersumber dari hewan yang disembelih atau dari lingkungan ternak. Penyakit antraks tidak hanya menjangkiti hewan ternak lainnya, namun juga dapat menular ke manusia.