Selasa 12 Mar 2024 22:37 WIB
Red: Agung Sasongko
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Al-Aqsa yang terletak di Kota Tua Yerusalem merupakan tempat tersuci ketiga dalam Islam, setelah Mekkah dan Madinah. Biasanya, ratusan ribu warga Palestina beribadah di masjid tersebut selama bulan Ramadan. Namun, jemaah Tarawih di Masjid Al-Aqsa pada Senin (11/3), tak sebanyak tahun-tahun sebelumnya.
“Ada perasaan sedih di Palestina dan seluruh dunia tentang apa yang terjadi di Gaza”, kata ulama senior Masjid Al-Aqsa, Sheikh Mohammed Hussein kepada VOA.
"Lihat bagaimana warga dunia berdemonstrasi menuntut gencatan senjata. Kita telah melihat seorang pemuda di AS membakar diri untuk memprotes apa yang terjadi di Gaza. Kami harap gencatan senjata segera terwujud,” lanjutnya.
Itamar Ben-Gvir, Menteri Keamanan Nasional Israel telah menyerukan pembatasan jumlah warga Palestina yang diizinkan memasuki Masjid Al-Aqsa selama Ramadan. Namun, seruan itu ditolak oleh para pemimpin pasukan keamanan Israel yang mengatakan ‘pembatasan justru akan memicu konflik’.
Selain jadi tempat suci bagi umat Islam, kompleks Al-Aqsa juga merupakan tempat penting bagi umat Kristen dan Yahudi. Umat Yahudi mengenalnya sebagai ‘Temple Mount’ — dalam Islam dikenal sebagai ‘Haram Al-Sharif’ — tempat di mana dua ‘Bait Suci Yahudi’ dibangun dan kemudian dihancurkan. Situs ini telah lama menjadi titik konflik utama Israel-Palestina.
Ketegangan meningkat dalam beberapa tahun terakhir karena Israel mengizinkan semakin banyak orang Yahudi mengunjungi kompleks tersebut. Hal ini memicu ketakutan warga Palestina bahwa Israel bermaksud mengambil kompleks Al-Aqsa. Pemerintah Israel membantah anggapan tersebut.