Rabu 13 Mar 2024 06:02 WIB
Hikmah Ramadhan

Pemilihan Presiden dan Iman kepada Takdir Allah

Fanatisme seorang Muslim hendaknya dibangun di atas Alquran dan Sunnah yang shahih.

Bayu Ananda Paryontri 
Foto: dokpri
Bayu Ananda Paryontri 

Oleh : Bayu Ananda Paryontri (Dosen Fakultas Kedokteran Gigi UMY)

REPUBLIKA.CO.ID, Bekal menyambut Ramadhan adalah memperbanyak doa, amal saleh, serta memperbarui taubat, sebagaimana dilakukan para ulama. Bahkan para ulama senantiasa memohon kepada Allah supaya dapat menjumpai Ramadhan sebelum bulan suci tersebut tiba. Salah satu amalan yang dapat dilakukan Muslimin adalah menghindari mencari–cari kesalahan orang lain sebagaimana firman Allah, "...dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain."

Pemilihan presiden di Indonesia telah selesai dilaksanakan. Calon presiden dan calon wakil presiden Republik Indonesia saat ini seluruhnya adalah Muslim. Bahkan jika dilihat ke belakang, seluruh presiden dan wakil presiden Indonesia dari yang pertama hingga saat ini adalah Muslim.

Muslimin di Indonesia hendaknya tidak menyelisihi Alquran dan Sunnah yang shahih di dalam menjalankan pemilihan presiden dan wakil presiden. Bahkan terhadap non Muslim yang bukan harbi pun disyaratkan untuk tidak merendahkannya dan mendakwahkan Islam kepadanya dengan santun. Apalagi dengan non Muslim harbi, di mana Muslimin jika berperang dengannya dilarang melawan anak kecil, dilarang melawan perempuan, serta dilarang merusak tempat-tempat peribadatan.

Non muslim dibagi menjadi empat, pertama adalah dzimmi, yaitu tinggal satu negara dengan Muslimin merupakan sesama warga negara tersebut. Kedua musta’man, yaitu yang datang ke suatu negara Islam sebagai wisatawan. Ketiga adalah mu’ahad, yang tinggal di negara lain dan ada hubungan bilateral antara kedua negara tersebut, dan yang keempat adalah harbi, yang berperang dengan persenjataan terhadap Muslimin di medan peperangan. 

Indonesia saat ini adalah negara merdeka, alias negara yang sedang tidak berperang mengangkat senjata dengan negara mana pun. Sehingga non Muslim yang berada di Indonesia adalah dzimmi (sesama warga negara),  musta’man (wisatawan), atau mu’ahad (terdapat hubungan bilateral).

Ummar bin Khattab pernah memperingatkan Amr bin Ash dikarenakan akan membangun masjid dengan cara menggusur rumah seorang yahudi. Ali bin Abi Thalib pernah menerima keputusan hakim yang memenangkan seorang Yahudi di saat sengketa baju perang. Jikalau terhadap non Muslim tersebut terdapat adab-adab syar’i, apalagi terhadap sesama Muslim, terkhusus ketika terjadi pemilihan presiden di Indonesia.

Fanatisme seorang Muslim hendaknya dibangun di atas Alquran dan Sunnah yang shahih, bukan kepada calon presiden dan calon wakil presiden. Jika seorang Muslim akan mencari-cari kesalahan calon yang lain, yang juga Muslim, maka hendaknya mengingat firman Allah, "Hai orang-orang yang beriman, hendaknya kalian menjauhi prasangka karena sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain."

Sebaiknya seorang Muslim juga teringat oleh pernyataan Nabi Shallahu ‘Alaihi Wasallam, "Barang siapa membuka aib orang lain, maka Allah akan bukakan aibnya di akhirat." Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda, "Jika ingin menasehati penguasa maka janganlah ia tampakkan, akan tetapi memegang tangannya dan nasehati secara sembunyi, tidak ada yang tahu kecuali engkau dan dia."

Ikhtiar seorang Muslim akan mendapat pahala jika sesuai dengan Alquran dan Sunnah yang shahih. Seorang muslim yang sedang sakit sebaiknya tidak kemudian menjadi selalu marah karena sakitnya. Karena marah menyelisihi hadits shahih "Janganlah marah", atau melakukan korupsi demi berobat, karena korupsi merupakan tindakan yang tidak sesuai syariat Islam.

Begitu juga dengan pemilihan presiden, jika seorang Muslim meminta kepada Allah kemenangan salah satu calon, tetapi Allah menghendaki kemenangan bagi calon yang lain, maka calon lainlah yang akan menang, bahkan jika Muslimin satu negara memintanya.

Tetapi jika Allah berkehendak lain, maka hasilnya pun akan berbeda. Oleh karena itu Muslimin di Indonesia diharapkan bijak di dalam menghadapi pemilihan presiden dan wakil presiden. Tidak diperkenankan terlalu berpihak kepada salah satu calon hingga menyelisihi Alquran dan Sunnah yang shahih, mencari-cari kesalahan calon yang tidak dia pilih, dan membuka aib calon yang tidak dia pilih. Nabi Shalllahu ‘Alaihi Wasallam berkata, "Tidaklah seorang hamba menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat nanti."

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement