REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Komisioner Parlemen Angkatan Bersenjata Jerman Eva Hoegl mengatakan, militer Jerman masih kekurangan peralatan dan personel. Meski sudah menyiapkan anggaran khusus sebesar 100 miliar euro setelah pecahnya perang Rusia di Ukraina.
Dalam laporan tahunan untuk tahun 2023 Hoegl mengatakan perubahan kebijakan "Zeitenwende" berada di arah yang benar dengan proyek pengadaan yang sudah disetujui parlemen atau Bundestag senilai 47 miliar euro. Pada 27 Februari 2022, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengumumkan Zeitenwende, era baru kebijakan luar negeri dengan menambah anggaran militer.
Langkah ini diumumkan beberapa hari setelah invasi Rusia ke Ukraina. Sebagai bagian dari Zeitenwende, dan sebagai langkah pertama untuk membawa militer kembali ke titik awal setelah mengalami kemunduran beberapa dekade usai Perang Dingin, Jerman menyiapkan dana untuk membeli persenjataan modern.
Negara itu juga berjanji mulai 2024 Berlin mencapai target Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk membelanjakan setidaknya dua persen dari PDB nasional untuk pertahanan. "Terlepas dari upaya-upaya yang luar biasa, masih harus dikatakan di tahun kedua Zeitenwende peningkatan substansial dalam hal personel, peralatan, dan infrastruktur masih jauh," kata Hoegl yang bertindak sebagai advokat yang membela hak-hak tentara, Selasa (12/3/2024).
Hoegl mengatakan, militer Jerman menghadapi "masalah personel yang sangat besar." Menurutnya target meningkatkan jumlah pasukan dari 181.000 saat ini menjadi 203 ribu pada 2031 akan sulit untuk dicapai. "Dalam hal peralatan, Bundeswehr belum sepenuhnya beroperasi," tambah Hoegl.
Ia merujuk kurangnya amunisi serta peralatan-peralatan kecil seperti kacamata malam, dan peralatan besar seperti tank dan sistem pertahanan udara. Hoegl juga menyoroti tempat tinggal pasukan yang "terpencil", dan mengatakan diperlukan pendekatan baru yang mendasar untuk mengatasi kamar mandi yang berjamur dan akomodasi yang bobrok.