REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Arsenal susah payah lolos ke perempat final Liga Champions musim ini. The Gunners menyudahi langkah FC Porto di babak 16 besar.
Tiga pekan lalu, Porto menang 1-0 di Portugal. Teranyar, Arsenal unggul dengan skor serupa pada secondleg di Stadion Emirates, London, Rabu (13/3/2024) dini hari WIB. Agregat menjadi imbang 1-1.
Otomatis pemenang ditentukan lewat adu penalti. Pada tahapan itu, wakil Inggris ini berjaya. Pelatih the Gunners, Mikel Arteta tak mampu menyembuyikan kegembiraan setelah pertandingan usai.
"Saya sangat senang. Sudah 14 tahun berlalu, yang merupakan waktu yang lama bagi klub seperti Arsenal, dan menunjukkan betap sulitnya itu," kata Arteta, dikutip dari laman resmi UEFA.
Sebelum episode terbaru ini, terakhir kali the Gunners berada di perempatfinal Liga Champions pada musim 2009/10. Nyaris satu tengah dekade. Sebuah penantian panjang.
Apa yang dinantikan akhirnya datang juga. Tiket tidak diraih dengan mudah. Porto memberi kesulitan untuk tuan rumah.
"Kami benar-benar harus bekerja keras untuk menemukan momen ajaib di akhir pertandingan. Kami mulai menciptakan energi yang luar biasa di musim ini, di stadion ini. Kami semua berusaha untuk menyelesaikannya, dan bersama-sama kami telah melakukannya," ujar Arteta, menegaskan.
Leandro Trossard mencetak satu-satunya gol di laga ini. Setelahnya, ia turut berbicara. Ia mengakui mereka mengalami momen yang menegangkan.
Apalagi sampai adu penalti. Peluangnya menjadi sama kuat. Beruntung, wakil Inggris itu sedikit lebih baik di fase tersebut.
"Kami punya begitu banyak penendang penalti yang bagus, jadi tentu saja saya percaya pada mereka, tapi pada akhirnya ini lotere. Penyelamatan dari David (Raya) luar biasa, jadi begitulah cara anda memenangkan pertandingan. Kami sangat senang bisa lolos setelah sekian lama. Pasti luar biasa bagi para penggemar," ujar Trossard.
Pundit sepak bola, Rio Ferdinand menambahkan. Ia melihat Arsenal menunjukkan kekompakan nyata melewati sebuah rintangan sulit. Menurutnya, generasi terbaru the Gunners ini, belum terbiasa memenangkan adu penalti di babak sistem gugur sebuah kompetisi. Sehingga apa yang terjadi, bisa membangun kepercayaan diri Martin Odegaard dan rekan-rekan.