Rabu 13 Mar 2024 11:46 WIB

Pengamat Minta TNI Diperkuat Antisipasi Konflik Laut Cina Selatan

Kapal Cina dan Filipina tabrakan di perairan karang Ren'ai Jiao Lau Laut Cina Selatan

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Kapal penjaga pantai Cina berpatroli di Laut Cina Selatan.
Foto: Reuters
Kapal penjaga pantai Cina berpatroli di Laut Cina Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat militer dan Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi mengemukakan Indonesia harus memperkuat TNI untuk mengantisipasi terjadinya peperangan jika jalur diplomasi tidak berhasil dalam meredam konflik yang terjadi di Laut Cina Selatan.

"Indonesia harus concern pada mempersiapkan terjadinya perang di Laut Cina Selatan sehingga baik pengadaan alutsista maupun persiapan fasilitas militer juga diarahkan untuk ke kawasan utara, termasuk di Natuna," kata Khairul saat dihubungi di Jakarta, Rabu (13/3/2024).

Baca: Antisipasi Konflik Cina Versus Taiwan, Filipina Beri Pelatihan Militer Warga Batanes

Menurut dia, peperangan antarnegara yang bersengketa di Laut Cina Selatan mungkin saja akan terjadi. Hal itu mengingat tensi konflik yang melibatkan negara ASEAN dan Cina, tidak kunjung reda.

Terlebih belum lama ini sempat terjadi insiden tabrakan kapal antara penjaga pantai (coast guard) Filipina dan penjaga pantai Cina di perairan dekat karang Ren'ai Jiao Laut Cina Selatan pada Selasa (5/3/2024). Insiden besar itu dapat  memicu ketegangan baru di kawasan.

Baca: Mayor Teddy Ikuti Jejak Prabowo Berdinas di Yonif 328/Dirgahayu

Jika peperangan tersebut terjadi, menurut Khairul, TNI harus bersiap untuk menjaga batas laut NKRI. Hal itu sebagai upaya menjaga kedaulatan wilayah maritim Indonesia.

"Bukan tidak mungkin pada masa depan akan berkembang menjadi konflik terbuka dan meluas sehingga itu yang kemudahan harus diantisipasi," kata Khairul.

Oleh karena itu, Khairul mendorong pemerintah perlu memperkuat pengamanan batas laut Indonesia yang berdekatan dengan kawasan Laut Cina Selatan. Caranya dengan menambah alutsista, memperkuat personel, hingga meningkatkan teknologi pengawasan teritorial.

Baca: Gara-Gara Mayor Teddy, Akun Instagram Yonif 328 Diserbu Warganet Perempuan

Namun demikian, dia tetap berharap konflik yang terjadi di Laut Cina Selatan tidak diselesaikan dengan peperangan. Khairul yakni, Indonesia sebagai salah satu negara terbesar di Asia dapat mengambil peran dalam meredam konflik perebutan kawasan laut tersebut.

Sebelumnya, kawasan Laut Cina Selatan berada di sisi utara kawasan laut Indonesia. Kawasan Laut Cina Selatan diketahui sebagai jalur maritim tersibuk karena banyak aktivitas perekonomian terjadi di sana, seperti keluar masuk kapal kargo hingga kegiatan nelayan.

Sengketa hal teritorial...

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذَا جَاۤءَهُمْ اَمْرٌ مِّنَ الْاَمْنِ اَوِ الْخَوْفِ اَذَاعُوْا بِهٖ ۗ وَلَوْ رَدُّوْهُ اِلَى الرَّسُوْلِ وَاِلٰٓى اُولِى الْاَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِيْنَ يَسْتَنْۢبِطُوْنَهٗ مِنْهُمْ ۗ وَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهٗ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطٰنَ اِلَّا قَلِيْلًا
Dan apabila sampai kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka (langsung) menyiarkannya. (Padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Sekiranya bukan karena karunia dan rahmat Allah kepadamu, tentulah kamu mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di antara kamu).

(QS. An-Nisa' ayat 83)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement