Rabu 13 Mar 2024 15:13 WIB

Mentan Pastikan Kebutuhan Beras Sampai Lebaran Aman

Pemerintah menargetkan produksi beras di 2024 sebesar 32 juta ton.

Red: Lida Puspaningtyas
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat hadir di acara Gerakan Percepatan Tanam Padi di Desa Kayu Loe Timur, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Foto: Dok Kementan
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat hadir di acara Gerakan Percepatan Tanam Padi di Desa Kayu Loe Timur, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman memastikan kebutuhan beras selama Ramadhan hingga Lebaran Idul Fitri 2024 mendatang dalam kondisi aman. Meskipun terdapat penurunan produksi padi dalam beberapa waktu terakhir.

"Namun kami memastikan bahwa kebutuhan beras bulan Maret hingga Mei 2024 dalam kondisi aman, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir kekurangan pangan selama Ramadhan dan Idul Fitri," ujar Amran saat Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR RI, Rabu (13/3/2024).

Baca Juga

Ia menyampaikan penurunan produksi padi disebabkan beberapa hal, diantaranya penurunan luas tanam padi pada Oktober 2023-Februari 2024 yang hanya 5,4 juta hektar. Jika dibandingkan periode yang sama 2015-2019 sebesar 7,47 juta hektar maka terjadi penurunan sebesar 1,9 juta hektar atau 26,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

"Penurunan luas tanam ini tentunya sangat berpengaruh pada luas panen yang berdampak pada penurunan produksi padi yang dihadirkan," ujar Amran.

Selain itu, Amran juga mengidentifikasi beberapa penyebab tidak optimalnya produksi padi pada 2023-2024 ini yaitu menurunnya volume pupuk bersubsidi serta dampak perubahan iklim El Nino yang masih berlangsung sampai saat ini.

Sementara itu, Pemerintah menargetkan produksi beras di 2024 sebesar 32 juta ton.

Jika di periode 2014-2018 volume pupuk mencapai 9,55 juta tahun, maka tahun 2024 alokasinya hanya sebesar 4,73 juta atau menurun 50 persen.

"Penyebab tidak optimalnya produksi padi yaitu volume pupuk bersubsidi berkurang 4,7 juta ton atau 50 persen dari alokasi tahun sebelumnya (9,55 juta), tidak semua petani mendapatkan akses pupuk seperti Lembaga Masyarakat Desa Hutan) serta dampak perubahan iklim El Nino yang masih berlangsung sampai saat ini," ujarnya.

Amran mengatakan, kekhawatiran kebutuhan pangan justru untuk periode Juni hingga Oktober 2024 mendatang. Ini karena luas tanam padi pada periode Februari lebih rendah dibandingkan periode 2019-2023.

"Kekhawatiran kami selanjutnya adalah produksi Juni sampai dengan Oktober, dikarenakan luas tanam padi pada Februari 2024 ini lebih rendah dibandingkan periode 2019-2023. Karena itu kondisi harga beras naik kurang lebih 56 persen akibat dampak El Nino sehingga Kami menganggap kondisi ini darurat pangan yang harus dicarikan solusi," ujarnya.

Menurutnya, Kementerian Pertanian telah menyusun solusi cepat peningkatan produksi padi 2024 yaitu dengan mengembalikan alokasi pupuk bersubsidi menjadi 9,55 juta Ton dan memudahkan proses pengambilannya.

Kedua melakukan perluasan area tanam pompanisasi air sungai di 11 provinsi untuk lahan sawah. Khususnya pulau Jawa 500.000 hektar dan luar Jawa 500 ribu hektar bilamana arealnya mencukupi dan tanam padi gogo seluas 500 ribu ha.

"Kementan juga  berkoordinasi dengan PUPR untuk pompanisasi di saluran primer dan sekunder dan ketiga Kementan melakukan optimalisasi lahan rawa seluas 400 ribu hektar di 10 provinsi untuk menambah luas areal pertanaman padi," ujar Amran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement