Jumat 15 Mar 2024 09:33 WIB

Cuti Ayah Bakal Diberikan kepada ASN Pria, Apa Manfaat Cuti Ayah Bagi Anak dan Ortu?

Cuti ayah memberikan banyak manfaat bagi ortu dan anak jika digunakan dengan bijak.

Rep: Santi Sopia/ Red: Qommarria Rostanti
Cuti ayah (ilustrasi). Cuti ayah dinilai bermanfaat bagi anak dan orang tua.
Foto: MGROL100
Cuti ayah (ilustrasi). Cuti ayah dinilai bermanfaat bagi anak dan orang tua.

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia berencana memberikan cuti ayah kepada aparatur sipil negara (ASN) pria saat istrinya melahirkan. Dilansir laman Parents, penulis Do Fathers Matter? What Science Is Telling Us About the Parent We've Overlooked, Paul Raeburn, ayah baru dinilai memerlukan waktu berkualitas bersama anak agar otaknya beralih ke mode orang tua dikutip dari laman Parents, Jumat (15/3/2024).

Baca Juga

Manfaat bagi bayi

Penelitian menemukan, ayah yang mendengarkan tangisan bayi memiliki aktivasi saraf (sistem saraf) yang terlibat dalam empati dan motivasi pendekatan, yang berarti ayah menjadi lebih berempati dan lebih mungkin terlibat dengan bayinya. Semakin muda bayinya, semakin kuat saraf tanggapan ayah.

Para peneliti juga menemukan, cara ayah bermain dengan bayinya cenderung lebih bersifat fisik dan dapat membuat anak belajar mengatur emosinya. Pada masa bayi, jenis permainan ini mungkin terlihat seperti menggerakkan anggota tubuh bayi, memantul, dan menggelitik. Bayi yang menghabiskan waktu sedini mungkin bersama ayahnya dikaitkan dengan perkembangan kognitif yang lebih baik.

Manfaat bagi orang tua

Sebuah studi yang dilakukan Lancet pada 2023 menemukan, ayah yang mengambil cuti sebagai ayah memiliki kemungkinan lebih kecil untuk melaporkan depresi pasca melahirkan. Studi lain pada periode yang sama menemukan hasil serupa pada para ibu.

Tinjauan pada 2023 terhadap 45 studi menemukan bahwa perempuan mengalami peningkatan kesehatan mental ketika memiliki akses terhadap cuti yang lebih banyak. Meningkatnya lama cuti dikaitkan dengan lebih sedikit gejala depresi, lebih sedikit tekanan psikologis dan kelelahan, serta lebih rendahnya penggunaan layanan kesehatan mental.

Meskipun tidak ada penelitian yang menemukan bukti bahwa cuti ayah dapat meningkatkan kesehatan mental seorang ibu, penelitian lain menunjukkan bukti itu. Misalnya, penelitian di negara-negara di mana para ayah mempunyai akses terhadap cuti ayah yang dibayar, menemukan cuti ini juga bermanfaat bagi ibu.

Studi terhadap populasi di Swedia dan Norwegia menemukan manfaat cuti melahirkan bagi orang tua sebagai berikut:

-Ada 14 persen penurunan kemungkinan memerlukan perawatan untuk komplikasi terkait persalinan

-Sebanyak 26 persen terjadi penurunan kemungkinan membutuhkan obat anticemas

-Pengurangan 11 persen dalam kemungkinan mendapatkan resep antibiotik

-Mengurangi tingkat ketidakhadiran sakit pada mereka yang baru saja melahirkan

-Tidur ibu lebih banyak pada enam bulan setelah kelahiran.

 

Cuti orang tua dinilai dapat memengaruhi karier orang tua dari semua jenis kelamin, namun sekarang tidak seperti yang diharapkan. Penelitian menunjukkan, ketika perempuan menjadi ibu, mereka mendapat "sanksi" di tempat kerja, namun hal yang sama tidak berlaku bagi laki-laki.

Berdasarkan penelitian, perempuan yang mengambil cuti sebagai orang tua mempunyai peluang lebih kecil untuk dipromosikan, diangkat ke posisi manajemen, atau menerima kenaikan gaji setelah cuti mereka selesai. Selain itu, mereka berisiko lebih besar untuk dipecat atau diturunkan pangkatnya.

Bagi laki-laki, hanya sedikit data yang menunjukkan bahwa cuti sebagai orang tua berdampak negatif terhadap karier mereka. Faktanya, beberapa penelitian menemukan hal yang sebaliknya, yaitu laki-laki yang mengambil cuti melahirkan dipandang positif dan bahkan mungkin mempunyai hasil karir yang lebih positif.

Hal ini sejalan dengan ketidaksetaraan di tempat kerja berbasis gender secara keseluruhan. Meski begitu, laki-laki mungkin masih menghadapi stigma saat mengambil cuti sebagai orang tua. 

Penelitian menemukan laki-laki dan perempuan cenderung memiliki harapan terkait pekerjaan berbeda selama cuti sebagai orang tua. Laki-laki menghabiskan cuti mereka untuk melakukan lebih banyak tugas yang berhubungan dengan pekerjaan dan fokus pada karier dibandingkan perempuan.

"Untuk mencegah terlalu lama melihat laptop, orang tua harus mendiskusikan cuti dengan manajemen sedini mungkin. Lawan penolakan dengan menyajikan daftar pencapaian," kata Scott J Behson, PhD, seorang profesor di Fairleigh Dickinson University. 

"Ayah harus menentukan rencana bagaimana mereka akan memenuhi tanggung jawab," kata Chris Duchesne, mantan VP solusi tempat kerja global untuk Care.com. 

Kapan waktu ideal mengambil cuti?

Penulis No Regrets Parenting, Harley Rotbart, MD, menyarankan untuk mempertimbangkan jadwal cuti ayah berikut ini:

-Beberapa pekan setelah kelahiran, saat istei paling membutuhkan bantuan

-Sekitar tiga bulan setelahnya, ketika istri kembali bekerja

-Sisanya antara 6 dan 9 bulan setelah kelahiran, saat bayi mulai lebih banyak berinteraksi dan kian menyenangkan 

Masih banyak negara yang belum menerapkan kebijakan cuti ayah. Namun, ayah bisa menemukan strategi untuk mengambil cuti karena manfaatnya bisa sangat besar. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement