Jumat 15 Mar 2024 16:03 WIB

Mesir dan Prancis Bahas Stabilitas Laut Merah di Tengah Serangan Houthi

Houthi tetap lancarkan serangan terhadap Laut Merah

Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Houthi. Houthi tetap lancarkan serangan terhadap Laut Merah
Foto: EPA-EFE/YAHYA ARHAB
Ilustrasi Houthi. Houthi tetap lancarkan serangan terhadap Laut Merah

REPUBLIKA.CO.ID,  KAIRO— Mesir dan Prancis pada Kamis (14/3/2024) membahas stabilitas maritim di kawasan di tengah berlangsungnya serangan Houthi di Laut Merah.

Komandan Angkatan Laut Mesir Ashraf Ibrahim Attoua dan Laksamana Angkatan Laut Perancis Emmanuel Salars, komandan kawasan maritim Samudera Hindia dan Laut Merah yang sedang berkunjung ke Mesir, membahas upaya untuk meningkatkan kerjasama dan stabilitas maritim di kawasan itu.

Baca Juga

Salars bersama delegasi yang dibawanya tiba di Kairo pada Kamis, menurut pernyataan dari pihak Militer Mesir.

Pernyataan itu mencatat bahwa pertemuan tersebut membahas beberapa topik yang menjadi kepentingan bersama terkait upaya pendukung bagi keamanan maritim.

Pada hari yang sama, Houthi Yaman mengatakan tidak akan berhenti melakukan serangan di Laut Merah hingga Israel menghentikan perangnya di Gaza, mencabut pengepungan dan mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan ke semua wilayah bagian Palestina.

 

Dalam sebuah pernyataan bersama pada Rabu (13/3/2024), kedutaan besar Amerika Serikat, Inggris, Australia, Kanada, Jepang dan Selandia Baru menyeru Houthi untuk menghentikan serangan mereka, seraya mengatakan bahwa mereka hanya “mengganggu stabilitas kawasan dan merugikan rakyat Yaman.”

Sementara itu, Houthi di Yaman, telah melakukan uji tembak peluru kendali hipersonik yang memiliki daya rusak tinggi dan bersiap menambah rudal itu ke persenjataan militernya, kata sumber Sputnik.

"Pasukan rudal dari gerakan tersebut telah berhasil menguji rudal yang dapat mencapai kecepatan Mach 8 (delapan kali kecepatan suara atau 10 ribu km per jam) dan ditenagai bahan bakar padat," kata sumber militer yang dekat dengan gerakan tersebut.

"Yaman berencana memulai memproduksi rudal itu untuk digunakan dalam serangan di Laut Merah, Laut Arab, serta teluk Aden, juga melawan target di Israel," kata dia.

Pada saat yang sama dengan uji coba rudal hipersonik tersebut, angkatan bersenjata di Yaman utara meningkatkan kapabilitas rudal dan pesawat tak berawak (drone) mereka, setelah memodifikasi hulu ledaknya untuk melipatgandakan kekuatan penghancurnya, menyusul tes yang berlangsung selama tiga bulan, menurut sumber tersebut.

Kamis pekan lalu, pemimpin Houthi Abdul Malik al-Houthi berbicara tentang upaya gerakan tersebut untuk memproduksi rudal hipersonik, dengan mengatakan bahwa "musuh, teman dan rakyat kami akan melihat tingkat pencapaian kepentingan strategis yang akan menempatkan negara kami dalam hal kemampuannya di antara negara-negara lain di dunia ini."

Dia kemudian mengatakan bahwa pasukan Yaman telah menggunakan senjata baru dalam operasi baru-baru ini di Laut Merah dan Laut Arab, yang "mengejutkan Amerika Serikat dan Inggris."

Dia  menambahkan gerakan tersebut menyerang 61 kapal dan satu kapal militer sejak gerakan Hamas di Palestina menyerang Israel pada 7 Oktober 2023.

Kelompok Houthi juga mengatakan pada November 2023 bahwa mereka akan menyerang kapal apa pun yang terkait dengan Israel yang melewati Laut Merah sebagai pembalasan atas serangan Israel ke Jalur Gaza.

Sejak itu Houthi telah melancarkan puluhan serangan terhadap kapal-kapal di wilayah tersebut, yang memicu serangan udara balasan dari Inggris dan Amerika Serikat.

Israel melancarkan serangan balasan ke Gaza sejak serangan lintas batas yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober.

Serangan tersebut telah menewaskan hampir 31.200 warga Palestina dan melukai lebih dari 72.900 lainnya di tengah kehancuran massal dan kelangkaan kebutuhan pokok.

Israel juga memberlakukan blokade yang melumpuhkan di daerah kantong Palestina tersebut, menyebabkan penduduknya, terutama warga Gaza utara, berada di ambang kelaparan.

Perang Israel telah memaksa 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah blokade terhadap sebagian besar makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur daerah kantong itu telah rusak atau hancur, menurut PBB.

Israel dituding melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Putusan sementaranya pada Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan aksi genosida dan mengambil langkah untuk memastikan bahwa bantuan kemanusiaan disalurkan kepada warga sipil di Gaza.

photo
Kelaparan Esktrem di Gaza - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement