REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sosiolog Universitas Airlangga (Unair) Prof. Bagong Suyanto mengungkapkan penyebab terus menurunnya angka pernikahan di Indonesia. Bagong mengatakan penyebab dari fenomena ini adalah semakin terbukanya peluang perempuan untuk mengembangkan potensi diri.
"Angka pernikahan turun karena kesempatan perempuan untuk sekolah dan bekerja semakin terbuka lebar. Di samping itu, ketergantungan perempuan juga menurun," kata Bagong, Jumat (15/3/2024).
Selain itu, penyebab lainnya adalah keberadaan laki-laki dengan kondisi ekonomi mapan yang jumlahnya tidak banyak. Sedikitnya jumlah laki-laki mapan, menurutnya, dilatari semakin sulitnya mencari pekerjaan.
Guru besar bidang Sosiologi Unair itu menyebut, berdasarkan kedua penyebab itu, sangat wajar bila angka pernikahan terus turun. Bagong mengingatkan, penurunan angka pernikahan jika terjadi dalam jangka waktu yang lama, tidak menutup kemungkinan akan menurunkan angka kelahiran.
Meski demikian, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dalam hal ini. "Menurunnya angka pernikahan itu wajar. Tidak ada yang harus diperbaiki. Tapi yang penting memastikan hal ini berdampak positif untuk memberdayakan perempuan dan masyarakat," ujarnya.
Bagong juga berharap, fenomena ini dapat memberikan dampak yang baik kepada masyarakat. "Menurunnya angka pernikahan harus beriringan dengan meningkatnya modal sosial masyarakat," ucapnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam tiga tahun terakhir, angka pernikahan di Indonesia mengalami penurunan. Pada 2021, angka pernikahan Indonesia tercatat sebanyak 1.742,049. Kemudian menurun menjadi 1.705.348 pada 2022, dan 1.577.255 pada 2023.