Jumat 15 Mar 2024 19:32 WIB

Obat yang Perlu Dihindari Sebelum Nyetir, Bisa Timbulkan Kantuk Hingga Pingsan

Ada beberapa obat resep dan non resep yang masuk kategori berisiko untuk pengemudi.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Qommarria Rostanti
Seseorang sedang mengemudikan mobil (ilustrasi). Saat mengendarai, seseorang terkadang mengalami microsleep yang dapat membahayakan keselamatan.
Foto: www.freepik.com
Seseorang sedang mengemudikan mobil (ilustrasi). Saat mengendarai, seseorang terkadang mengalami microsleep yang dapat membahayakan keselamatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) memperingatkan agar tidak mengonsumsi jenis obat tertentu saat hendak mengendarai kendaraan. Baik itu obat untuk sakit kepala atau melatonin untuk membantu tidur, ada banyak obat dan suplemen yang dijual bebas (OTC) dan dikonsumsi secara teratur sebagian orang. 

Namun, perlu hati-hari karena banyak obat yang memiliki efek samping dan bisa tidak disadari konsumen. Ternyata, dalam beberapa kasus, obat-obatan yang dijual bebas dapat mengganggu kondisi orang yang sedang mengemudi kendaraan.

Baca Juga

FDA menyatakan ada beberapa obat resep dan non resep yang masuk kategori berisiko untuk pengemudi. Obat-obatan ini mempunyai potensi efek samping yang dapat membuat pengemudi merasa tidak nyaman, mengantuk, penglihatan kabur, pusing, gerakan melambat atau tidak terkoordinasi, pingsan, ketidakmampuan untuk fokus atau memperhatikan, mual, sampai mudah marah.

"Mengetahui bagaimana obat-obatan Anda, atau kombinasi keduanya, memengaruhi kemampuan mengemudi atau mengoperasikan benda lain, merupakan tindakan keselamatan yang penting,” demikian kata FDA, seperti dilansir dari Best Life, Jumat (15/3/2024).

Beberapa obat resep umum yang dapat membahayakan kondisi pengemudi, termasuk opioid, antidepresan, pelemas otot, obat anticemas, antipsikotik, dan antikejang. Namun obat-obatan yang dijual bebas tidak terlalu perlu dikhawatirkan. 

Dalam peringatan barunya, FDA memperingatkan konsumen bahwa banyak obat tanpa resep juga dapat membahayakan pengemudi. Misalnya pil diet, obat-obatan penahan kantuk atau stimulan seperti kafein, efedrin, dan pseudoefedrin. Lalu obat-obatan yang mengobati atau mengendalikan gejala diare dan mengendalikan urine atau kandung kemih. Selain itu juga obat-obatan untuk mencegah gejala mabuk perjalanan, obat tidur, dan beberapa obat flu yang dijual bebas dan obat alergi yang mengandung antihistamin.

“Mengonsumsi produk yang mengandung ganja atau senyawa turunan ganja, termasuk CBD, dapat membahayakan pengendara,” ujar badan tersebut. 

CBD atau Cannabidiol senyawa pada ganja dapat menyebabkan kantuk dan perubahan kewaspadaan. Durasi waktu gangguan ketika mengemudi bergantung pada obat yang diminum. 

FDA mengatakan, beberapa obat mungkin hanya memengaruhi seseorang dalam waktu singkat setelah meminumnya, sementara efek lainnya dapat bertahan selama beberapa jam hingga keesokan harinya. Sebagai contoh, meskipun diminum pada malam hari, beberapa obat tidur dapat mempersulit orang untuk mengemudi keesokan paginya. 

"Jika Anda mengonsumsi obat tidur, bicarakan dengan ahli kesehatan Anda tentang cara meminum dosis efektif terendah, kapan harus meminum obat sebelum tidur, dan kapan waktu yang aman untuk mengemudi lagi setelah minum obat tidur," saran FDA. 

Badan tersebut juga secara khusus menyoroti potensi bahaya mengonsumsi obat alergi tertentu sebelum mengemudi, dan mencatat bahwa banyak konsumen mungkin tidak menyadari hal ini sebagai risiko. Antihistamin dapat memperlambat waktu reaksi, membuat sulit fokus atau berpikir jernih, dan menyebabkan kebingungan ringan meskipun peminumnya tidak merasa mengantuk.

Kemudian hindari minum alkohol saat menggunakan antihistamin dan konsultasikan kepada dokter untuk mengetahui boleh tidaknya mengonsumsi antihistamin jika Anda juga menggunakan obat tidur. Sebab kombinasi tersebut dapat meningkatkan rasa kantuk.

Terkait obat OTC, badan tersebut mengimbau konsumen selalu memperhatikan peringatan pada label obat. Selain itu, jika baru pertama kali menggunakan obat yang dijual bebas tersebut, sebaiknya gunakan hanya saat tidak perlu mengemudi. Apalagi konsumen tidak tahu dampaknya terhadap tubuh.

Anda masih bisa mengemudi dengan aman sambil mengonsumsi sebagian besar obat-obatan. FDA menganjurkan konsultasi dengan ahli kesehatan tentang kemungkinan efek samping. Ahli kesehatan mungkin dapat mengubah dosis, menyesuaikan waktu minum obat, atau menggantinya dengan yang memiliki lebih sedikit efek samping.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement