REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada Ramadhan umat Islam menjalankan ibadah puasa. Mereka tidak boleh melakukan hal-hal yang dapat membatalkan puasa seperti makan dan minum, berhubungan badan di siang hari.
Namun bagaimana dengan ungkapan para ulama atau ustadz bahwa jangan sampai berpuasa hanya mendapatkan lapar dan haus?
Ungkapan ini pada dasarnya, ada dasarnya. Hadits Rasulullah SAW menyampaikan mengenai hal ini, beliau bersabda:
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوْع وَالْعَطْش
Artinya, “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR An-Nasa’i)
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Ahmad Fahrur Rozi atau Gus Fahrur menjelaskan maksud dari berpuasa hanya mendapatkan lapar dan haus. Menurutnya puasa yang demikian yakni mereka yang tidak menjauhi larangan Allah SWT.
"Puasa hendaknya dilakukan dengan baik agar mendapatkan pahala yang sempurna, dengan menjauhi semua larangan Allah SWT, menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan segala anggota badannya dari perbuatan dosa dan maksiat," ujarnya kepada Republika.co.id, Jumat (15/3/2024).
Dia menegaskan mulut bukan saja harus menahan nafsu makan melainkan menahan dari dari menggunjing, bergosip dan memfitnah. Makan dan minum pada dasarnya merupakan aktivitas yang halal.
Tetapi berbohong, menipu dan memfitnah hukumnya haram kapan dan di manapun. Mereka yang menggunjing dan memfitnah puasanya tetap sah namun tidak mendapatkan pahala.
Ramadhan merupakan bulan mulia dan penuh keberkahaan. Bulan ini adalah bulan terbaik di antara bulan lainnya dan menjadi bulan turunnya Alquran. Allah SWT akan menghapus dosa-dosa manusia di masa lampau.