REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tunggal putri Indonesia Gregoria Mariska Tunjung kecewa berat usai tersingkir dari turnamen bulu tangkis bergengsi All England. Gregoria harus mengakui keunggulan wakil Jepang Akane Yamaguchi 10-21, 22-20, dan 18-21 dalam waktu 62 menit.
Saat posisi mengejar 18-20 di gim ketiga, shuttlecock pengembalian Akane Yamaguchi dibiarkan saja oleh Gregoria. Ia menunjuk ke arah tribun di seberangnya di mana tampak seseorang tengah menyalakan flash kamera handphone.
Pemain asal Wonogiri Jawa Tengah tersebut memprotes karena ada cahaya dari tribun itu mengarah kepadanya. Namun wasit pada pendiriannya dan memutuskan Akane meraih poin sehingga gim selesai 21-18.
Harapan Gregoria kembali melakukan comeback sebagaimana gim kedua saat tertinggal 18-20 dan akhirnya menang 22-20 pupus.
Sambil terisak, dia pun meninggalkan lapangan. Sebelumnya di gim pertama Gregoria yang banyak melakukan kesalahan sendiri kalah telak 10-21. Gregoria pun terhenti di perempat final All England 2024.
"Saya tetap bersyukur dengan hasilnya walau di gim pertama permainan saya tidak cukup meyakinkan," kata Gregoria sambil terisak.
"Di poin terakhir tadi, saat saya servis ada flash kamera yang menyala di depan saya dan itu cukup mengganggu. Saya refleks saja untuk menghentikan pertandingan, tapi sayangnya umpire memutuskan pertandingan selesai karena mungkin dia tidak melihat kejadiannya. Itu cukup mengganjal di hati saya," ungkapnya dalam keterangan resmi PBSI.
Ia mengaku akan menanyakannya lebih jauh untuk melepaskan ganjalan di hatinya. Namun, Gregoria mengaku sudah menerima kekalahannya.
Pada gim kedua, kata Gregoria, ia berusaha mengambil keunggulan walau sempat tertinggal 18-20 dan berhasil. Ini menjadi catatannya agar bisa langsung masuk ke permainan sejak di gim pertama.
"Tertinggal begitu jauh dengan 11 poin beruntun hilang karena kebanyakan melakukan kesalahan sendiri memang sangat merugikan," ujarnya.
Gim ketiga, ia sudah sempat unggul, tapi Akane mengubah permainan dengan lebih bermain aman. Pemain Jepang itu hanya menunggu ia menyerang lalu mencari celah untuk melancarkan serangan balik. Hal itu membuat Gregoria menjadi ragu-ragu.
"Ini yang harus saya pelajari dari pemain-pemain yang peringkatnya di atas saya, bagaimana cara mereka mengubah pola di poin-poin kritis," kata dia.