Jumat 15 Mar 2024 23:35 WIB

Bea Cukai Malaysia Berhasil Sita Kurma Diyakini dari Israel

Muslim diimbau berhati-hati produk kurma asal Israel

Red: Nashih Nashrullah
Kurma (ilustrasi). Muslim diimbau berhati-hati produk kurma asal Israel
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Kurma (ilustrasi). Muslim diimbau berhati-hati produk kurma asal Israel

REPUBLIKA.CO.ID, KUALALUMPUR - Departemen Bea Cukai Kerajaan Malaysia (JKDM) melakukan operasi pada Selasa (12/3) dan menyita kurma yang diyakini berasal dari Israel, kata Menteri Perdagangan Dalam Negeri dan Biaya Hidup Armizan Mohd Ali.

Armizan dalam Persidangan Dewan Rakyat yang diikuti secara daring di Kuala Lumpur, Kamis, mengatakan Bea Cukai telah menyita 73 kotak kurma bermerek “Organic Jumbo Medjool Dates” yang diyakini berasal dari Israel.

Baca Juga

Pada saat yang sama, menurut dia, warga lokal berusia sekitar 40 tahun yang diyakini sebagai pemilik perniagaan ikut ditahan dan diselidiki dalam operasi yang dilakukan di sejumlah gudang di pelabuhan utara Klang, Selangor.

Dia juga mengatakan tindakan mengikuti undang-undang yang ada dikenakan bagi pihak manapun yang memberikan dagangan palsu, baik dari jenis, kandungan, nama produk.

JKDM melakukan operasi setelah adanya penjualan kurma yang diyakini berasal dari Israel terungkap di media sosial pada Senin (11/3/2024).

Berdasarkan hasil penyelidikan JKDM diketahui kurma-kurma itu dibeli dalam jumlah besar bersama-sama dengan barang organik lainnya dari sebuah negara di Eropa.

Selanjutnya, setelah sampai di Malaysia, kurma tersebut dikemas ulang namun kandungan atau nutrisi harus dicantumkan dalam label kemasan.

Pada label kemasan kurma itu terdapat nama asal negara produk tersebut yang ternyata berasal dari Israel, menurut JKDM kepada media.

Total nilai kurma yang diyakini asal Israel seberat 14,6 kilogram yang disita Bea Cukai itu mencapai 678 ringgit Malaysia (RM) atau sekitar lebih dari Rp2,2 juta.

Menurut Armizan, operasi seperti itu akan dilakukan kembali, dan masyarakat yang memiliki informasi dipinta untuk melaporkannya secara lengkap melalui platform yang ada.

Selain itu, dia mengatakan pihaknya juga melakukan operasi pantau harga-harga yang dilakukan sejak Selasa(12/3), tidak saja di bazar-bazar Ramadan tetapi juga ritel-ritel, swalayan, pasar tradisional agar tidak ada persoalan dan pencatutan harga sepanjang Ramadan dan Idul Fitri.

Dia mengatakan dalam dua hari sudah melakukan pemeriksaan di 3.099 ritel dan menemukan 11 kasus yang enam di antaranya upaya ambil untung.

Israel melancarkan serangan balasan ke Gaza sejak serangan lintas batas yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober.

Serangan tersebut telah menewaskan hampir 31.200 warga Palestina dan melukai lebih dari 72.900 lainnya di tengah kehancuran massal dan kelangkaan kebutuhan pokok.

Israel juga memberlakukan blokade yang melumpuhkan di daerah kantong Palestina tersebut, menyebabkan penduduknya, terutama warga Gaza utara, berada di ambang kelaparan.

Perang Israel telah memaksa 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah blokade terhadap sebagian besar makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur daerah kantong itu telah rusak atau hancur, menurut PBB.

Israel dituding melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Putusan sementaranya pada Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan aksi genosida dan mengambil langkah untuk memastikan bahwa bantuan kemanusiaan disalurkan kepada warga sipil di Gaza.

photo
Kelaparan Esktrem di Gaza - (Republika)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement