REPUBLIKA.CO.ID, Laporan Jurnalis Republika, Kamran Dikarma dari Beijing, Cina
BEIJING -- Menjalankan puasa Ramadhan di negara mayoritas non-Muslim ternyata melahirkan pengalaman yang sama sekali berbeda. Tahun ini, untuk pertama kalinya dalam hidup, saya menyambut dan harus melewati masa Ramadhan di negeri orang, yakni Cina.
Perlu diakui, suasana menjadi salah satu pembeda terbesar antara Ramadhan di Cina dan di Indonesia. Di Indonesia, Ramadhan begitu disambut kedatangannya.
Suasana Ramadhan bahkan sudah akan terasa sebelum bulan suci itu tiba. Misalnya, dengan munculnya iklan sirup di televisi.
Iklan sirup seperti sudah berubah menjadi penanda atau gejala bagi datangnya Ramadhan di Tanah Air. Kalau dipikirkan sejenak, betapa lucu dan uniknya bagaimana iklan sirup dikaitkan dengan Ramadhan. Tapi hal itu seperti sudah dipercayai sebagai fakta: bahwa ketika iklan sirup tayang di televisi, artinya Ramadhan segera tiba.
Sementara itu, berbagai wilayah di Indonesia mempunyai cara dan tradisi masing-masing dalam menyambut datangnya Ramadhan. Pawai obor adalah salah satu tradisi yang paling umum dan kerap menjadi objek peliputan media. Pawai bisa diikuti ribuan orang, mulai dari anak-anak, bahkan terkadang hingga pejabat tingkat daerah.
Suasana dan semarak seperti itu yang tidak...