REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof KH Nasaruddin Umar menyampaikan pentingnya memakan makanan yang halal, thayib dan berkah. Imam Besar Masjid Istiqlal juga menjelaskan bahayanya daging yang tumbuh pada tubuh manusia yang bersumber dari makanan yang haram.
Kiai Nasaruddin mengatakan, tidak semua yang halal itu thayib. Sebaliknya tidak semua yang thayib itu halal. Makanan halal dan thayib masih ada satu lagi untuk menjadi lengkap yaitu berkah. Hanya saja berkah ini susah diukur, jadi bicara halal dan thayib saja.
"Saya berikan satu contoh (daging) kambing halal, tapi dagingnya bisa menjadi haram kalau kambing tersebut disembelih tanpa membaca Basmalah," kata Kiai Nasaruddin dalam Talkshow sebelum acara Buka Puasa Akbar di Masjid Istiqlal pada Jumat (15/3/2024).
Kiai Nasaruddin mengatakan, pada bulan suci Ramadhan ini sebaiknya umat Islam harus bersahabat dengan makanan yang halal dan thayib. Bahkan baju yang dipakai ini harus halal. Padahal baju yang dipakai tidak ada najisnya, tapi kalau misalkan uang hasil korupsi yang dipakai membeli baju ini akan menjadi haram.
"Allah itu maha suci tentu tidak akan menerima yang tidak suci, kalau kita mengkonsumsi sesuatu yang tidak halal ada hadisnya, semua makanan (haram) yang kita makan oleh tubuh dan tumbuh menjadi daging itu hanya bisa dibersihkan oleh api neraka," ujar Kiai Nasaruddin.
Kiai Nasaruddin menegaskan, mustahil masuk surga kalau ada setetes daging dalam diri ini yang bersumber dari yang haram.
Masih dalam rangkaian acara yang sama, Habib Husein Jafar Al Hadar mengungkapkan bahayanya makanan makanan yang haram saat Tabligh Akbar dan Buka Puasa Bersama di Masjid Istiqlal, Jumat (15/3/2024).
Habib Jafar mengatakan bahwa makanan yang syubhat saja, kalau masuk ke dalam tubuh dan menjadi daging akan menjadi penyebab doa seseorang tertolak.
"Oleh karena itu kata guru kami Habib Umar bin Hafidz satu makanan yang syubhat bukan haram masuk ke dalam tubuh kita, maka ia akan menjadi daging yang menyebabkan doa kita tidak dikabulkan dan menyebabkan kita cenderung kepada hal-hal yang haram dan tindakan-tindakan yang haram dan tidak bisa dihapus kecuali dengan 70 kali ibadah fardhu yang diterima oleh Allah," kata Habib Jafar.
Habib Jafar menegaskan, bukan sholat yang dilakukan selama 70 kali, tapi sholat 70 kali yang diterima oleh Allah itu baru bisa menghapusnya. Itu menggambarkan betapa dahsyatnya pengaruh mengkonsumsi makanan haram.
"Kalau doa kita sudah lama tidak dikabulkan mungkin ada hal-hal yang haram yang menyangkut kepada diri kita karena hal-hal yang haram menghijab (menghalang) kita dari Allah," ujar Habib Jafar.