Ahad 17 Mar 2024 08:18 WIB

Neraca Perdagangan Februari Surplus, Kemenkeu: Masih Perlu Terus Waspada

Ekspor Indonesia pada Februari ini turun jadi 19,31 miliar dolar AS.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Lida Puspaningtyas
Surplus neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari-Februari tahun ini mencapai 2,87 miliar dolar AS.
Foto: Republika/Prayogi
Surplus neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari-Februari tahun ini mencapai 2,87 miliar dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan, neraca perdagangan pada Februari 2024 melanjutkan surplus sebesar 0,87 miliar dolar AS. Secara kumulatif, surplus neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari-Februari tahun ini mencapai 2,87 miliar dolar AS.

“Berlanjutnya surplus neraca perdagangan mencerminkan posisi eksternal Indonesia yang masih cukup resilien di tengah gejolak perekonomian global yang masih tinggi. Kendati demikian, Pemerintah akan terus mengantisipasi risiko global yang ada untuk memitigasi dampaknya pada ekonomi nasional” ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu dalam keterangan resmi yang diikutip, Ahad (17/3/2024).

Baca Juga

Disebutkan, nilai ekspor Indonesia pada Februari ini mencapai 19,31 miliar dolar AS. Angka itu turun sebesar 9,45 persen year on year (yoy).

Penurunan itu terutama bersumber dari ekspor nonmigas sebesar 10,15 persen yoy, akibat penurunan ekspor batubara, besi dan baja, serta minyak sawit. Dijelaskan, moderasi harga komoditas dan penurunan volume perdagangan global menjadi penyebab menurunnya ekspor nonmigas Indonesia. 

Secara sektoral, kata Febrio, penurunan terjadi pada ekspor produk industri pengolahan sebesar 11,49 persen yoy serta sektor pertambangan dan lainnya sebesar 7,54 persen yoy. Sementara sektor pertanian tumbuh 16,91 persen yoy.

Secara kumulatif, total ekspor pada periode Januari-Februari 2024 mencapai 39,80 miliar dolar AS. Di sisi lain, impor Indonesia pada Februari 2024 tercatat sebesar 18,44 miliar dolar AS, tumbuh 5,84 persen yoy.

Peningkatan impor didorong oleh sektor nonmigas yang tumbuh 14,42 persen yoy dan sektor migas sebesar 23,82 persen yoy. Peningkatan impor juga dipengaruhi oleh kenaikan impor komoditas utama seperti bahan baku plastik, mesin/peralatan mekanis, dan mesin/perlengkapan elektrik. 

Dari sisi penggunaan, peningkatan impor terutama berasal dari impor barang konsumsi sebesar 36,49 persen yoy, barang modal sebesar 18,52 persen yoy, dan impor bahan baku/penolong sebesar 12,82 persen yoy. Tren peningkatan impor pada awal 2024 menjadi sinyal membaiknya aktivitas ekonomi domestik.

Impor nonmigas masih didominasi oleh China, Jepang, dan Thailand dengan share masing-masing sebesar 38,29 persen, 7,54 persen, dan 6,44 persen. Secara kumulatif, total impor Indonesia pada periode Januari-Februari 2024 mencapai 39,93 miliar dolar AS.

“Pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional dan menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi SDA. Juga peningkatan daya saing produk ekspor nasional serta diversifikasi mitra dagang utama,” tutur Febrio.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement