Ahad 17 Mar 2024 13:50 WIB

Kontainer Bantuan untuk Anak-anak di Haiti Dijarah

Insiden ini terjadi di saat anak-anak sangat membutuhkannya.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Pengunjuk rasa mengendarai sepeda motor melewati tumpukan sampah yang terbakar saat demonstrasi di Port-au-Prince, Haiti, (6/2/2024).
Foto: EPA-EFE/Siffroy Clarens
Pengunjuk rasa mengendarai sepeda motor melewati tumpukan sampah yang terbakar saat demonstrasi di Port-au-Prince, Haiti, (6/2/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, PORT-AU-PRINCE -- Dana Anak-anak PBB (UNICEF) mengatakan salah satu kontainer bantuannya di pelabuhan Haiti yang berisi "barang-barang esensial untuk kelangsungan ibu, bayi baru lahir dan anak-anak" dijarah. Sementara kelompok-kelompok kriminal meningkatkan kendali di ibukota.

Haiti sedang kesulitan untuk mengatasi krisis politik dan kemanusiaan. UNICEF memperingatkan krisis-krisis ini menyebabkan kelaparan dan malnutrisi yang dapat mengancam nyawa di sebagian ibukota Port-au-Prince.

Baca Juga

Pada pekan ini, Perdana Menteri Ariel Henry menyatakan akan mundur ketika dewan transisi sudah berdiri. Kelompok kriminal bersenjata menguasai sebagian besar kota dan kelompok-kelompok hak asasi manusia melaporkan meluasnya pembunuhan, penculikan dan kekerasan seksual. UNICEF mengatakan, satu dari 17 kontainernya dijarah di pelabuhan Port-au-Prince yang dikuasai kelompok bersenjata. Terdapat 260 kontainer kemanusiaan di pelabuhan itu.

"Penjarahan pasokan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup anak-anak harus segera diakhiri," kata perwakilan UNICEF di Haiti, Bruno Maes dalam pernyataannya, Sabtu (16/3/2024). "Insiden ini terjadi di saat kritis ketika anak-anak sangat membutuhkannya," tambah Maes.

UNICEF mengatakan, pasokan yang dijarah termasuk peralatan resusitasi dan peralatan lain. Lembaga itu memperingatkan tiga dari empat perempuan di area Port-au-Prince tidak memiliki akses kesehatan dan nutrisi. Beberapa rumah sakit di kota itu juga terpaksa ditutup karena alasan keamanan. UNICEF mengatakan hanya dua fasilitas operasi yang dibuka.  

Lembaga itu menambahkan, tidak adanya jaringan listrik, bahan bakar dan pasokan medis berdampak pada rumah sakit di seluruh negeri. Enam dari 10 fasilitas medis tidak dapat beroperasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement