REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Walaupun sejumlah pemerintah dan lembaga amal menjatuhkan bantuan kemanusiaan lewat udara dan rute laut. Namun pakar, lembaga masyarakat sipil dan warga setempat mengatakan bantuan-bantuan itu tidak cukup memenuhi kebutuhan jutaan rakyat Palestina.
"Situasinya sangat buruk hingga tidak ada yang bisa membayangkannya, dan kapal, meski membantu, hanya tetesan di tengah lautan, karena seluruh wilayah membutuhkan bantuan dan orang-orang bersaing mendapatkan bantuan di pesisir," kata seorang pengungsi Palestina, Zahr Saqr seperti dikutip dari Aljazirah, Ahad (17/3/2024).
Pengiriman bantuan lewat udara menimbulkan kerusuhan, beberapa orang tewas tertimpa palet bantuan ketika parasut gagal terbuka. "Kami terus menunggu bantuan, ini bukan solusi, entah lewat kapal atau pesawat. Kami melihat pesawat-pesawat menjatuhkan bantuan dan warga memperebutkannya, ada beberapa anak tenggelam di laut untuk mendapatkan bantuan," kata warga Kota Khan Younis, Wael Miqdad.
Lembaga-lembaga kemanusiaan memperingatkan 600 ribu warga Gaza, kini berada di jurang kelaparan. "Situasi kehidupan sangat buruk. Kami tidak bisa makan atau minum, dan bantuan sangat langka. Mereka memberitahu kami ada bantuan di selatan, tapi sangat langka," kata pengungsi Palestina lainnya, Imam Wadi.
Pada Sabtu (16/3/2024) malam, fotografer Palestina Mohammed al-Hindi membagikan video yang menunjukkan anak-anak muda Palestina merayakan kedatangan bantuan makanan ke utara Jalur Gaza. Video yang diverifikasi Aljazirah itu menunjukkan pria-pria muda bersorak dan bersiul saat mereka berkumpul dekat tumpukan karung-karung tepung.
Sebelumnya dilaporkan 13 truk bantuan tiba di utara Jalur Gaza. Pengiriman bantuan kemanusiaan pertama setelah pasukan Israel memblokir konvoi bantuan dan menembaki warga yang menunggu bantuan. Al-Hindi mengatakan, pengiriman itu dilakukan dengan bantuan para mukhtar (kepala desa) dan relawan muda.