REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan serangan Israel ke Rafah yang dapat menimbulkan banyak korban jiwa sipil membuat perdamaian regional sangat sulit. Hal ini ia sampaikan usai berbicara dengan Raja Yordania Abdullah.
"(Gencatan senjata jangka-panjang) akan membuat kita mencegah serangan darat terjadi," katanya, seperti dikutip dari Aljazirah, Ahad (17/3/2024).
BACA JUGA: Bacaan Dzikir Pagi Lengkap dengan Arab, Latin, dan Terjemahannya
Saat ditanya apakah ia bersiap memperkuat tekanan pada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk tidak melanjutkan rencana serangan ke Rafah, Scholz mengatakan sudah sangat jelas ia harus melakukan segalanya sehingga situasi tidak menjadi lebih buruk lagi.
"Israel memiliki hak untuk melindungi dirinya sendiri, di saat yang sama, tidak mungkin mereka yang berada di Gaza yang mengungsi ke Rafah menghadapi ancaman langsung entah dari aksi dan operasi militer apa pun di sana," kata Scholz.
Sementara itu, Netanyahu mengecam masyarakat internasional yang menekan Israel untuk tidak menggelar serangan ke Rafah. Ia mengatakan sekutu-sekutu Israel memiliki ingatan pendek mengenai serangan mendadak Hamas 7 Oktober lalu.
"Pada teman-teman kami di masyarakat internasional saya katakan: Apakah ingatan anda begitu pendek? Begitu cepat anda melupakan 7 Oktober, pembantaian terburuk yang dilakukan terhadap Yahudi sejak Holocaust?" kata Netanyahu di awal rapat kabinet.
"Begitu cepat anda membantah hak Israel untuk membela diri dari monster Hamas?" tambahnya.
Netanyahu menegaskan Israel akan melanjutkan serangan di Gaza termasuk Kota Rafah. Kota paling selatan Jalur Gaza itu menampung lebih dari 1 juta dari 2,3 juta populasi kantong pemukiman tersebut yang menghindari serangan Israel di daerah lainnya. n Lintar Satria