REPUBLIKA.CO.ID, GUJARAT -- Media lokal India melaporkan setidaknya empat mahasiswa asing terluka setelah gerombolan kelompok sayap-kanan Hindu menyerbu asrama universitas di Negara Bagian Gujarat. Gerombolan itu menyerang para mahasiswa yang sedang shlat tarawih.
Kementerian Luar Negeri India berjanji mengambil "tindakan tegas pada pelaku." Sementara kepolisian setempat mengatakan sedang menyelidiki serangan di Gujarat University. Pada media setempat para mahasiswa mengatakan mereka berkumpul di dalam asrama pria untuk sholat tarawih karena tidak ada masjid di dalam kampus yang terletak di Ahmedabad.
Tidak lama kemudian sekelompok orang bersenjata tongkat dan pisau menyerbu asrama, menyerang mereka dan merusak ruangan. "Sekelompok 15 mahasiswa sedang sholat ketika tiga orang datang dan mulai berteriak 'Jai Shri Ram.' Mereka menyerang kami yang sholat di sana," kata para mahasiswa pada media setempat, seperti dikutip dari Aljazirah, Ahad (17/3/2024).
"Tidak berapa lama, sekitar 250 orang datang dan berteriak 'Jai Shri Ram.' Mereka melempari batu dan merusak properti asrama,” tambah para mahasiswa. Jai Shri Ram ekspresi seruan dalam bahasa India yang diterjemahkan menjadi "Kejayaan untuk Tuan Rama" atau "Kemenangan untuk Tuan Rama."
Seruan tersebut dipakai umat Hindu sebagai sebagai simbol ketaatan terhadap kepercayaan Hindu. Tapi kini dipakai organisasi-organisasi nasionalis Hindu India seperti Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa. "Mereka menyerang kami dalam ruangan, mereka merusak laptop, telepon genggam dan sepeda," kata para mahasiswa pada NDTV.
Para mahasiswa menambahkan massa juga merusak AC dan speaker. Dalam video yang diunggah di media sosial X menunjukkan, asrama mahasiswa digeledah dan gerombolan orang merusak sepeda motor para mahasiswa. "Kami tidak bisa bertahan seperti ini," kata seorang mahasiswa Afrika dalam video yang direkam di asrama tersebut.
Di latar belakang terdengar suara teriakan dan barang dihancurkan gerombolan orang-orang itu. "Kami datang ke India untuk belajar dan kini kami diserang hanya karena waktunya Ramadhan dan muslim sholat. Kini mereka menghancurkan sepeda, semua dihancurkan di bawah tangga," kata mahasiswa itu.
Situs berita The Indian Express melaporkan, dua mahasiswa terluka parah dan sedang dalam pemulihan di rumah sakit. Mahasiswa yang diserang berasal dari Afghanistan, Uzbekistan, Sri Langka, Bangladesh dan beberapa negara Afrika. "Kemarin, sekitar pukul 22.30 sekelompok siswa sedang shalat. Sekitar 20-25 orang datang dan bertanya kepada mereka mengapa mereka salat di sini dan seharusnya mereka pergi ke masjid," kata Komisaris Polisi Ahmedabad, GS Malik, dalam konferensi pers.
"Sebuah pertengkaran terjadi di antara mereka, batu-batu dilempari dan ruangan mereka dirusak oleh orang-orang yang datang dari luar," tambahnya. Ia menambahkan polisi sudah menerima pengaduan terhadap 20-25 orang dan salah satu tertuduh telah diidentifikasi. Ia mengatakan sembilan tim dibentuk untuk menyelidiki insiden tersebut.
Di media sosial X juru bicara Kementerian Luar Negeri India Randhir Jaiswal mengatakan pemerintah negara bagian "mengambil tindakan tegas terhadap para pelaku". "Dua mahasiswa asing terluka dalam bentrokan tersebut. Salah satu dari mereka keluar dari rumah sakit setelah menerima perawatan medis," kata Jaiswal.
Anggota parlemen dari kota selatan Hyderabad Asaduddin Owaisi meminta Perdana Menteri Narendra Modi dan Menteri Dalam Negeri Amit Shah untuk turun tangan dan mengirim pesan yang kuat. "Sungguh memalukan. Ketika pengabdian dan slogan-slogan agama Anda hanya keluar ketika umat Islam mempraktekkan agama mereka dengan damai," katanya di media sosial X.
"Kebencian anti-Muslim dalam negeri menghancurkan niat baik India," tambahnya. Ia juga menandai Menteri Luar Negeri India S Jaishankar dalam unggahan tersebut. Kepada media lokal Wakil Rektor Gujarat University Dr Neerja A Gupta, mengatakan para mahasiswa asing perlu dilatih dalam "kepekaan budaya".
"Mereka adalah mahasiswa asing dan ketika Anda pergi ke luar negeri, Anda harus belajar kepekaan budaya. Para mahasiswa ini membutuhkan orientasi. Kami akan duduk bersama mereka, memberikan orientasi budaya dan mendiskusikan bagaimana memperkuat keamanan mereka," kata Gupta pada NDTV.