Senin 18 Mar 2024 08:34 WIB

Tahanan Muslim di Inggris Menjadi Target Semprotan Merica

Muslim di penjara menjadi sasaran yang tidak adil oleh penggunaan semprotan merica.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi Penjara
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Ilustrasi Penjara

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Tahanan Muslim di seluruh Inggris dan Wales secara tidak proporsional ditargetkan dengan semprotan merica. Semprotan merica sintetis atau Pava merupakan yang pertama kali diperkenalkan kepada petugas penjara pada 2018, menurut laporan The Guardian.

Maslaha, sebuah organisasi advokasi, mengumpulkan statistik melalui permintaan kebebasan informasi kepada Kementerian Kehakiman yang juga menunjukkan peningkatan tajam dalam penggunaan semprotan merica di penjara.

Baca Juga

Semprotan merica sintetis dapat menyebabkan cedera pada mata, saluran pernapasan dan kulit, dan bahkan dapat menyebabkan cacat permanen atau kematian. Semprotan merica telah diperkenalkan ke 89 penjara di Inggris dan Wales.

Data Kementerian Kehakiman menunjukkan pada 2022, sebanyak 34 persen tahanan yang ditargetkan oleh Pava adalah Muslim meskipun anggota agama hanya membentuk 18 persen dari populasi penjara.

Secara total, Pava ditarik dan digunakan 188 kali terhadap tahanan Muslim pada tahun itu, dan ditarik tetapi tidak digunakan 54 kali. Namun, dalam sistem penjara Inggris dan Wales, tahanan Kristen, yang merupakan 46 persen dari populasi, menjadi sasaran Pava sebanyak 43 persen dari waktu pada tahun 2022.

Selama beberapa tahun terakhir, penggunaan semprotan merica terhadap tahanan Muslim juga meningkat. Beberapa tahanan Muslim memberi tahu Maslaha, bahwa mereka sekarang menyembunyikan identitas agama mereka karena takut dipandang sebagai ekstremis.

“Bahkan unsur-unsur dasar Islam seperti sholat dan studi Alquran sering dipandang mencurigakan oleh tawaran penjara,” kata mereka, dilansir dari Arab News, Senin (18/3/2024).

Direktur Maslaha Raheel Mohammed mengatakan angka yang ditemukan menunjukkan bahwa Muslim di penjara menjadi sasaran yang tidak adil oleh penggunaan semprotan Pava, senjata berbahaya yang dapat menyebabkan cedera parah, cacat, dan bahkan kematian.

“Tidak hanya Muslim lebih mungkin menjadi sasaran, tetapi ketidakproporsionalan ini meningkat. Apa pun yang kita yakini, bagaimanapun kita mempraktikkan agama kita, kita semua memiliki hak untuk diperlakukan dengan bermartabat dan hormat. Tetapi pekerjaan kami dengan Muslim di penjara memperjelas bahwa stereotip berbahaya tentang Muslim marak di penjara dan menempatkan tahanan Muslim pada risiko perlakuan yang tidak adil dan berbahaya,” jelasnya.

Seorang juru bicara layanan penjara mengatakan, Pava hanya digunakan sebagai upaya terakhir oleh petugas penjara yang terlatih khusus dan kami memantau penggunaannya dengan hati-hati termasuk untuk setiap perbedaan dalam cara penyebarannya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement