REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA —- Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono mengaku heran dengan kasus antraks yang berulang di DIY. Pasalnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY menemukan adanya suspek antraks di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Gunungkidul.
Keheranan tersebut disampaikan Sultan mengingat suspek antraks dikarenakan perilaku masyarakat yang masih saja menyembelih hewan ternak yang sudah mati atau tradisi brandu.
“Ya makanya itu, saya itu herannya di situ. Makanya saya tadi ngasih catatan ke Dinas Kesehatan sama (Dinas) Pertanian, kenapa (perilaku masyarakat itu) selalu berulang begitu,” kata Sultan belum lama ini.
Sultan menekankan bahwa perlunya literasi yang baik kepada masyarakat maupun peternak untuk mencegah dan mengantisipasi antraks ini agar tidak terulang kembali di DIY. Menurutnya, kasus antraks yang terjadi saat ini hanya berjarak dalam hitungan bulan jika dibandingkan dengan kasus antraks yang terjadi sebelumnya di DIY.
Meski begitu, Sultan menegaskan bahwa kasus antraks ini belum perlu untuk dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Ia pun berharap ada upaya penyelesaian kasus yang sudah dijalankan dalam rangka menangani kasus antraks tersebut.
“Status KLB) Saya kira belum perlu, kecuali kalau memang ada dasar berkembangnya penyakit. Kalau tidak kan (penanganan) bisa terlokalisasi, malah lebih baik. Tapi kan masalahnya bukan itu, tapi kenapa selalu terulang. Mungkin perlu edukasi," ucap Sultan.
Untuk itu, sultan pun mengimbau peternak agar selalu berhati-hati dan mampu mengenali kondisi hewan ternaknya. Hewan yang sakit, katanya, penanganannya tentu dengan diobati.
“Masa peternak sapi tidak paham kalau sapinya nglentur, diam saja, lemas, tidak curiga kan tidak mungkin. Mestinya ya diobati, jangan mati malah dipotong karena sayang, lha yo piye," ucapnya.