Senin 18 Mar 2024 13:28 WIB

Harga Cabai Turun Jadi Rp 60 Ribu, Mendag: Kalau Lebih Murah Lagi Petaninya Bangkrut

Penurunan harga cabai ini masih di angka normal dan tidak membuat petani rugi.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Fuji Pratiwi
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan melakukan pengecekan harga bahan pokok di Pasar Anyar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Senin (18/3/2024).
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan melakukan pengecekan harga bahan pokok di Pasar Anyar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Senin (18/3/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, KOTA BOGOR -- Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyebut harga cabai sudah turun dan hampir kembali normal. Saat memantau harga bahan pokok di Pasar Anyar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Senin (18/3/2024), Zulkifli mendapati harga cabai merah keriting maupun rawit di kisaran Rp 60 ribu.

"Tapi cabai hari Jumat lalu kan Rp 100 ribu, baru tiga hari tadi kita lihat Rp 60  harga cabai. Jadi sudah hampir normal," ujar Zulkifl.

Baca Juga

Menurutnya, penurunan ini terhitung signifikan dari beberapa hari sebelumnya yang menyentuh Rp 100 ribu. Namun, kata dia penurunan ini masih di angka normal dan tidak membuat petani rugi.

"Karena kalau di bawah Rp 60 ribu, apalagi Rp 30 ribu itu tutup petaninya, bangkrut. Jadi kalau Rp 60 ribu masih ada cuan, masih ada untung," ujarnya.

Sebelumnya, ada kenaikan harga untuk komoditas cabai, bahkan harganya ada yang mencapai Rp 100 ribu per kilogram (Kg). Hal ini kata Zulhas, karena dipengaruhi faktor cuaca.

"Cabai kalau hujan terus gini, panennya gagal. Kalau hujannya lebat besar, panennya gagal, cabainya busuk," ujarnya.

Sementara itu, berdasarkan panel harga di Badan Pangan Nasional per Senin (18/3/2024) Harga beras premium di angka Rp 16.480, kemudian beras medium Rp 13.960, bawang merah Rp 35.720, bawang putih bonggol Rp 41.820, cabai merah keriting Rp 55.820, cabai rawit merah Rp 55.850, daging sapi murni Rp 134.370, daging ayam ras Rp 39.500, dan telur ayam Rp 33.220.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement