Senin 18 Mar 2024 16:52 WIB

Pilot dan Kopilot Tertidur, Pakar: Pengaruhi Kepercayaan Maskapai Batik Air

Yang dialami pilot dan kopilot Batik Air merupakan bentuk kelelahan dalam bekerja.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Erik Purnama Putra
Insiden pesawat Batik Air yang tergelincir di Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta, Jumat (6/11).
Insiden pesawat Batik Air yang tergelincir di Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta, Jumat (6/11).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pakar kesehatan dan keselamatan kerja Universitas Airlangga (Unair), Putri Ayuni Alayyannur menyoroti insiden pilot dan kopilot maskapai Batik Air yang tertidur saat bertugas saat menerbangkan pesawat dari Bandara Haluoleo, Kota Kendari menuju Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng pada 25 Januari 2024.

Berdasarkan hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), kejadian tersebut terjadi karena pekerja tidak memiliki waktu istirahat yang cukup. Gara-gara pilot berusia 32 tahun dan kopilot 28 tahun itu, pesawat sempat terbang ke arah Garut, Jawa Barat. Beruntung pilot terbangun hingga pesawat dibelokkan menuju Jakarta.

Baca: Kronologi Lengkap Pilot dan Co-pilot Tertidur, Pesawat ke Jakarta Menuju Garut

Menurut Putri, kondisi yang dialami pilot dan kopilot Batik Air tersebut merupakan bentuk kelelahan (fatigue) dalam bekerja. Dia menilai, peristiwa itu dapat terjadi di berbagai bidang pekerjaan, bukan hanya penerbangan saja.