Doyan Berbuka Pakai Asinan Betawi? Ini Saran Pakar

Red: Friska Yolandha

Senin 18 Mar 2024 17:11 WIB

Asinan betawi. Ini tips mengonsumsi asinan Betawi dari dokter gizi. Foto: MGROL 99 Asinan betawi. Ini tips mengonsumsi asinan Betawi dari dokter gizi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis gizi klinik dr Adelina Haryono menyarankan masyarakat untuk memisahkan sayur dan bumbu kacang bila berbuka puasa dengan asinan Betawi. Sehingga, sajian dapat dikonsumsi dengan bumbu kacang secukupnya.

"Kacang yang digunakan untuk bumbu kacang biasanya digoreng terlebih dahulu sehingga kandungan lemak jenuhnya semakin tinggi," kata dia yang juga sekretaris di Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI)-Jaya itu saat dihubungi di Jakarta, Senin (18/3/2024).

Baca Juga

Kemudian, Adelina juga menyarankan agar membatasi jumlah kerupuk karena memiliki kalori yang besar dan memiliki kandungan lemak jenuh yang tinggi.

Selain tentang bumbu kacang dan kerupuk, dia pun menyarankan pembatasan jumlah gula merah yang dimasukkan ke dalam sajian. Konsumsi gula merah yang terlalu banyak dapat meningkatkan kadar gula darah tubuh secara cepat.

"Hal ini penting untuk diketahui, terutama bagi orang-orang yang membutuhkan kendali gula darah yang ketat, misalnya, penyandang diabetes," ujar Adelina yang berpraktik di RS Pondok Indah-Puri Indah itu.

Dokter spesialis gizi klinik di RS Koja dr Veronica Wijaya MGizi SpGK saat dihubungi secara terpisah mengingatkan masyarakat tak mengonsumsi hidangan mengandung cuka dalam kondisi perut kosong dan makanan yang digoreng karena dapat memicu masalah pada lambung.

Terkait makanan lokal khususnya khas Betawi seperti es selendang mayang dan bubur pacar cina, Veronica berpendapat masyarakat dapat menyantapnya asalkan tetap mengacu asupan gula harian seperti anjuran Kementerian Kesehatan.

"Yakni tak lebih dari empat sendok makan per hari," katanya.

Selain gula, Kementerian Kesehatan juga menyarankan masyarakat membatasi konsumsi garam dan lemak per hari, yakni 2.000 miligram natrium atau 5 gram atau 1 sendok teh garam (natrium/sodium) dan lemak sebanyak 67 gram atau 5 sendok makan minyak goreng.

Konsumsi gula, garam dan lemak berlebihan dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan di antaranya obesitas. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 dan 2018 menunjukkan terjadi peningkatan obesitas penduduk usia 18 tahun ke atas.

"Yakni dari 15,4 persen pada 2013 meningkat menjadi 21,8 persen pada 2018," katanya.

Selain obesitas, pembatasan konsumsi gula, garam dan lemak harian juga demi mencegah seseorang terkena penyakit tidak menular (PTM) seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan jantung.

Terpopuler