REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur, Dydik Rudy Prasetya mengungkapkan, ada 13.875 hektar lahan tanaman pangan dan holtikultura yang terdampak banjir maupun kekeringan mulai Januari hingga 13 Maret 2024. Dimana 839 hektar lahan di antaranya mengalami kerusakan atau puso.
"Sebenarnya ndak banyak (yang terdampak) total Jatim hanya 800-an hektar yang puso, jika dibandingkan luas lahan Jatim yang 1,2 juta hektar," ujarnya, Senin (18/3/2024).
Berdasarkan data yang Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, dari 13.875 hektar yang terdampak perubahan iklim tersebut, 7.998 hektar di antaranya adalah lahan tanaman padi. Adapun luas lahan tanaman padi yang mengalami kerusakan atau puso seluas 813 hektar.
Selanjutnya, lahan pertanian yang juga terdampak adalah tanaman jagung. Dimana luasan area tanaman jagung yang terdampak seluas 49 hektar. Dimana 25 hektar di antaranya mengalami kerusakan atau puso.
Selanjutnya, bencana banjir dan kekeringan yang terjadi juga berdampak pada lima hektar lahan tanaman cabai. Meskipun tidak sampai ada yang mengalami puso. Rudy memastikan, bencana banjir maupun kekeringan pada awal 2024 di Jatim tidak berdampak serius pada pertanian.
Kendati demikian, ia mengaku, antisipasi terus disiapkan untuk mencegah perluasan lahan terdampak. "Insya Allah sampai saat ini tidak terganggu. Yang mengalami banjir adalah daerah yang memang sudah langganan banjir, sehingga kita sudah perhitungkan kemungkinan tersebut, dan petani juga sudah paham risiko," ujarnya.
Terkait upaya yang dilakukan, Rudy mengaku pihaknya terus melakukan sosialisasi kepada petani agar mengikuti Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Pihaknya juga telah mengusulkan bantuan benih kepada pemerintah pusat agar para petani terdampak dapat segera melakukan tanam kembali.
"Dan kepada petani yang lahannya menjadi langganan banjir, kita sarankan untuk berganti komoditas," ucapnya.