Selasa 19 Mar 2024 12:33 WIB

Darurat Pangan, Mentan Minta Pompanisasi Dimasifkan di Daerah Minim Hujan

Pompanisasi sebagai solusi cepat untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Gita Amanda
Mentan Andi Amran Sulaiman meminta gerakan pompanisasi di berbagai daerah dimasifkan, (ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
Mentan Andi Amran Sulaiman meminta gerakan pompanisasi di berbagai daerah dimasifkan, (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meminta gerakan pompanisasi di berbagai daerah dimasifkan, khususnya daerah yang hingga kini tidak diguyur hujan. Amran menyebut, pompanisasi sebagai solusi cepat untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. 

Khususnya Jawa Timur, menurut Amran, dari peta yang ada saat ini, terdapat ribuan hektare yang harus terairi dengan baik sehingga pertanamannya bisa ditingkatkan.

Baca Juga

"Solusi cepat untuk menangani el nino saat ini adalah melakukan pompanisasi pada sungai-sungai yang tidak kering. Kalau kita bangun cetak sawah butuh waktu panjang, sedangkan saat ini kita butuh pangan. Jawa timur ada ribuan hektar yang bisa kita airi dan dekat dengan bengawan solo. Insyaallah kami siapkan pompa untuk ini," kata Amran dikutip dari keterangannya, Selasa (19/3/2024).

Hal ini karena saat ini Indonesia dalam kondisi darurat pangan akibat dampak super el nino yang melanda hampir seluruh dunia. Menurutnya, el nino tahun ini telah menurunkan produksi nasional karena sebagian sentra mengalami gagal panen. 

Dia khawatir jika masalah pangan tidak teratasi dengan baik maka ke depan akan berujung pada konflik sosial bahkan gangguan kemanan di seluruh negeri. "Kalau krisis pangan terjadi maka pemerintah bisa kacau balau. Konflik sosial terjadi dan berujung pada gangguan kemanan. Makanya pidato Bung Karno dulu dikatakan pangan adalah mati hidupnya sebuah bangsa. Ini saatnya kita menyatu dan gandengan tangan," katanya.

Amran pun berharap komunikasi dan juga kolaborasi antar pihak terus dilakukan untuk memperkuat peran petani yang tengah berjuang melakukan produksi. Salah satunya pengawasan anggaran pompa dan benih untuk petani.

"Ini kita lakukan supaya gerakan pompa ini berjalan masif di seluruh Indonesia. Pak kadis minta tolong kerjasama dengan pak aster. Kami ada anggaran 2 triliun untuk maksimalkan pertanaman," katanya.

Saat berkunjung ke Kabupaten Bojonegoro, arahan serupa disampaikan Amran kepada kepala dinas dan juga pihak terkait untuk segera melakukan pengecekan terhadap sungai-sungai besar yang tidak pernah surut disaat musim kering. Usai dicek, pemasangan pompa harus segera dimasifkan.

"Luas lahan kering disini kan 40 persen. Nah 40 persen disini berapa yang nempel ke bengawan solo atau sungai berantas harus dilakukan pengecekan dan pasang pompa secara maksimal," ujar Amran.

Selanjutnya, kata Amran, air dari sungai-sungai tersebut dialirkan pada lahan-lahan sawah dengan indeks pertanamannya 1 atau maksimal 2 kali dalam setahun sehingga ke depan bisa dinaikkan menjadi 3 sampai  4 kali setahun. "Yang harus dicari adalah sungai yang tidak pernah kering. Ini boleh. Jadi yang tanam 1 kali cari dan yang tanam 2 kali cari sehingga bisa tanam 3 sampai 4 kali," katanya.

Ia mengatakan pompanisasi menjadi solusi cepat mengingat saat ini tidak semua daerah diguyur hujan. Artinya, masih ada daerah-daerah kering akibat dilanda el nino gorila alias musim kering ekstrem yang berujung pada darurat pangan.

Untuk mendukung upaya tersebut, kata Mentan, semua pihak harus terlibat baik dari TNI, Polri, Kejaksaan, petani maupun dukungan langsung dari Badan Pengembangan Wilayah Surabaya Madura (BPWS) yang memiliki peta wilayah sungai berair dan sawah kering.

"Yang pasti kita harus efisien dan efektif. Bahkan dari BPWS, sudah sepakat ya 200 pompa digunakan dan keluar. Nah bapak ibu sekalian, ini dicek baik baik berapa pompa yang dibutuhkan untuk menaikkan indeks tanam," katanya.

PJ Bupati Bojonegoro, Adriyanto mendukung penuh upaya Kementerian Pertanian dalam memaksimalkan pompanisasi pada lahan-lahan kering di Jawa Timur. Apalagi, kata dia, Kabupaten Bojonegoro selama ini adalah penghasil beras terbesar ketiga untuk wilayah Jatim.

"Bojonegoro ini daerah terbesar ketiga produksi padi di Jatim. Namun kami punya tantangan besar karena kalau musim hujan resikonya banjir dan kalau musim kering seperti ini resikonya sangat panjang hingga 8 bulan. Tapi kami berupaya menjaga produksi maksimal dimana angka pada 2023 mencapai 705 ribu ton. Jadi kami mendukung penuh pompanisasi yang dilakukan," jelasnya.

Sebagai informasi, luas hamparan sawah di Bojonegoro mencapai 115 hektare dengan rata-rata penggunaan varietas adalah inpari 32 atau indeks pertanaman 200. Adapun produktivitas di sana mencapai 7,5 ton per hektare dengan kadar air 21 persen. Diketahui, rata-rata harga gabah di sana mencapai Rp 7.100.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement