REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Etimologi kiamat terserap dari kosakata bahasa Arab, qama – yaqumu - qiyaman yang berarti berdiri, berhenti atau berada di tengah. Kiamat (al-qiyamah) diartikan sebagai kebangkitan dari kematian, yaitu dihidupkannya manusia pascakematian. Hari kiamat (yaumul- qiyamah) berarti hari atau saat terjadinya kebangkitan (manusia) dari kubur.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kiamat diartikan sebagai hari kebangkitan setelah mati (orang yang telah meninggal dihidupkan kembali untuk diadili perbuatannya). Hari akhir zaman (dunia seisinya rusak binasa dan lenyap). Celaka sekali, bencana besar, rusak binasa. Berakhir dan tidak muncul lagi. Sedang dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, kiamat diartikan keadaan makhluk dan alam semesta ketika berakhirnya kehidupan mereka di dunia.
Dirahasiakannya waktu datangnya kiamat sama seperti dirahasiakannya waktu datangnya kematian seseorang. Alquran dan tafsirnya menjelaskan alasanya mengapa Allah SWT perlu merahasiakan waktu datangnya ajal seseorang.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
اِنَّ السَّاعَةَ اٰتِيَةٌ اَكَادُ اُخْفِيْهَا لِتُجْزٰى كُلُّ نَفْسٍۢ بِمَا تَسْعٰى
Sesungguhnya hari Kiamat itu (pasti) akan datang. Aku hampir (benar-benar) menyembunyikannya. (Kedatangannya itu dimaksudkan) agar setiap jiwa dibalas sesuai dengan apa yang telah dia usahakan. (QS Taha Ayat 15)
Maksud ayat di atas, "Sungguh, hari kiamat itu akan datang tanpa ada keraguan sedikitpun tentangnya, namun Aku (Allah SWT) merahasiakan waktu kedatangannya. Karena itu, siapkanlah dirimu untuk menghadapinya. Hari kiamat itu merupakan suatu keniscayaan agar setiap orang yang mukallaf dibalas sesuai dengan apa yang telah dia usahakan dalam kehidupannya di dunia ini.”
Pada Surat Taha Ayat 15, menurut Tafsir Kementerian Agama, Allah menerangkan bahwa hari Kiamat itu pasti datang, tetapi Allah sengaja merahasiakan dan tidak menjelaskan waktunya, kapan hari Kiamat itu terjadi.
Sengaja Allah merahasiakan waktu terjadinya hari Kiamat, agar dengan demikian manusia selalu berhati-hati dan waspada serta siap untuk menghadapinya.
Dirahasiakannya kedatangan hari Kiamat sama halnya dengan dirahasiakannya kapan ajalnya seseorang itu tiba. Tidak ada seorang manusia pun yang mengetahui kapan dan di mana ia akan mati, sebagaimana firman Allah, "Tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati." (QS Luqman Ayat 34)
Apabila seseorang mengetahui kapan waktu ajalnya tiba tentunya ia akan berbuat semau hatinya, menurutkan hawa nafsunya, mengerjakan segala macam maksiat yang dikehendakinya. Sesudah ajalnya dekat barulah ia tobat dan Allah akan menerima tobatnya sesuai dengan janji-Nya.
Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, sebagaimana firman-Nya, "Sungguh, Allah tidak menyalahi janji." (QS Ali Imran Ayat 9)
Tetapi kalau manusia tidak tahu kapan ajalnya tiba, tentunya ia selalu hati-hati, perintah dikerjakannya, larangan dijauhinya. Apabila ia berbuat maksiat, segera ia bertobat karena takut kalau ajalnya datang mendadak sebelum ia bertobat.
Jadi, gunanya kiamat dirahasiakan adalah supaya manusia giat berbuat baik, jika manusia yang seharusnya berbuat baik tetapi ia berbuat jahat, maka sangat pantaslah orang itu dihukum. Oleh karena itulah sangat adil jika yang berbuat baik itu diberi imbalan dan yang berbuat jahat diberi azab.
Allah berfirman, "Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya." (QS Az-Zalzalah Ayat 7-8)
Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan atas apa yang telah kamu kerjakan." (QS At-Tur Ayat 16)