Selasa 19 Mar 2024 15:45 WIB

Ahli Gizi Paparkan Keunggulan Minyak Makan Marah yang Dipromosikan Jokowi

Proses produksi M3 yang tidak melalui bleaching bisa membawa dampak negatif

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pabrik Minyak Makan Merah Pagar Merbau, di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
Foto: dok Kemenkop UKM
Pabrik Minyak Makan Merah Pagar Merbau, di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ahli gizi Universitas Airlangga (Unair) Lailatul Muniroh mengatakan, minyak makan merah (M3) yang baru saja dipromosikan Presiden Jokowi memiliki beberapa kandungan bioaktif (fitonutrien). Bioaktif yang terkandung dalam minyak makan merah tersebut lebih unggul daripada yang ada dalam kandungan minyak konvensional.

"Data dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) tahun 2022 menunjukkan bahwa M3 mengandung konsentrasi karoten sebesar 753 ppm, vitamin E sebesar 1.016 ppm, dan squalene sebesar 348 ppm, yang mana kandungan ini lebih tinggi dibandingkan dengan minyak lainnya," kata Lailatul, Selasa (19/3/2024).

Lailatul menguraikan, karoten yang terkandung dalam minyak mentah makan merah berfungsi sebagai pro vitamin A dan antioksidan. Kandungan ini memiliki peran vital dalam meningkatkan sistem imun serta kesehatan mata dan kulit.

Selanjutnya, vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, yang berkontribusi pada kesehatan jantung dan mendukung fungsi kekebalan tubuh. Sementara itu, untuk squalene dikenal dengan manfaat antioksidan dan antiinflamasi, yang berperan penting dalam kesehatan kulit dan imunitas tubuh.

Lailatul melanjutkan, minyak makan merah juga memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk anak-anak.  Sebab minyak makan merah mengandung asam oleat dan asam linoleat, yaitu kelompok asam lemak omega-9 dan omega-6 yang penting untuk perkembangan otak anak.

Asam oleat, kata Lailatul, berperan dalam pembentukan membran sel otak, sementara asam linoleat merupakan komponen utama dalam pembentukan membran tersebut dan juga prekursor asam arakidonat, yang terlibat dalam transmisi sinyal seluler di otak. "Kedua asam lemak ini menyediakan bahan bakar untuk pembentukan membran sel otak dan mendukung fungsi sel normal otak," ujarnya.

Meski demikian, Lailatul mengingatkan, proses produksi M3 yang tidak melalui bleaching, membawa dampak positif dan negatif. Proses ini, kata Lailatul, mempertahankan kandungan beta karoten, vitamin E, squalene, dan senyawa bioaktif lainnya dengan kadar yang relatif tinggi. 

Meski demikian, produk M3 yang tidak melalui proses bleaching mungkin mengandung kontaminan yang lebih tinggi, sehingga dapat mempengaruhi kualitas dan keamanan produk akhir. Selain itu, M3 juga lebih rentan terhadap oksidasi, yang dapat memperpendek umur simpannya.

Selain itu, variabilitas dalam kualitas minyak mentah yang digunakan dalam produksi makanan juga dapat menyebabkan ketidakseragaman dalam produk akhir. "Hal ini menjadi sebuah tantangan bagi industri pangan yang membutuhkan konsistensi produk," ucapnya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement