REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti ekonomi Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf R Manilet mengatakan Bank Indonesia (BI) belum akan melakukan pemangkasan suku bunga kebijakan atau BI-Rate dalam waktu dekat.
"Bank Indonesia belum akan menurunkan atau melakukan penyesuaian ke bawah untuk kebijakan suku bunga acuan terutama dalam waktu dekat ini," kata Yusuf dilansir ANTARA di Jakarta, Selasa (19/3/2034).
Hal itu dikarenakan inflasi masih berpotensi naik selama Ramadhan dan menjelang Idul Fitri 2024.
Saat ini BI-Rate masih berada di level 6 persen. Pasar menantikan keputusan BI terkait arah kebijakan suku bunga acuannya dalam Rapat Dewan Gubernur BI pada 19-20 Maret 2024.
Pada Februari 2024, inflasi secara umum tercatat sebesar 2,75 persen secara tahunan, dan angka ini relatif lebih tinggi dibandingkan dengan angka inflasi pada Januari 2024 yang mencapai 2,57 persen.
Di sisi lain, Yusuf menuturkan harga kebutuhan pangan di bulan Ramadhan belum menunjukkan tanda-tanda akan mengalami penurunan untuk beberapa komoditas seperti beras dan gula pasir. Sementara dari sisi nilai tukar rupiah di sepanjang Februari 2024 juga terjadi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Sebelumnya, Bank Indonesia melalui RDG BI pada 20-21 Februari 2024 menetapkan untuk menahan suku bunga acuan atau BI-Rate tetap sebesar 6 persen. Suku bunga deposit facility juga tetap sebesar 5,25 persen, dan suku bunga lending facility tetap dipertahankan di level 6,75 persen.
Keputusan tersebut mendukung langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus satu persen pada 2024.