REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis Telinga, Hidung, Tenggorokan (THT) dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jenny Bashiruddin menjelaskan gangguan pendengaran perlu dideteksi sedini mungkin agar kemampuan komunikasi serta kehidupan sosial terjaga, sehingga menciptakan kualitas hidup yang baik. Gangguan pendengaran dapat dialami segala usia, mulai dari baru lahir yaitu tuli kongenital hingga lanjut usia, yang berisiko memicu demensia.
Dengan deteksi dini, menurutnya, gangguan dapat ditangani dengan baik.
"Pada anak sekolah bisa terjadi gangguan akibat tubanya masih datar sehingga bisa terjadi gangguan di telinga tengah, seperti disebut otitis media akut. Itu pun harus dideteksi dan ditangani secara dini supaya tidak nanti menjadi yang kronik dan harus melakukan tindakan operasi dan sebagainya," kata Jenny dalam 'Gangguan Pendengaran dan Kualitas Hidup' yang disiarkan RSCM di Jakarta, Senin (19/3/2024).
Menurutnya, gangguan pendengaran adalah kecacatan yang tidak terlihat. Dia mencontohkan ketika orang buta, orang di sekitarnya lebih sadar akan kebutaan itu dan dapat membantu. Namun gangguan pendengaran tidak terlihat, maka lebih sulit untuk membantu.
Oleh karena itu, lanjut dia, apabila ada keluhan pada telinga harus segera mencari pertolongan. Dengan deteksi dini, kata dia, bagian telinga yang terganggu akan lebih cepat diketahui dan gangguan dapat disembuhkan tergantung pada bagian mana yang sakit.
"Kalau dia gangguannya itu ada di telinga luar atau telinga tengah itu sangat bisa diperbaiki. Tapi apabila gangguannya ada di telinga bagian dalam, dimana itu biasanya irreversible, ada di koklea atau organ korti, tempat mendengar tersebut, itu akan sulit diperbaiki," ucap Jenny.
Selain itu pencegahan menjadi penting dalam kesehatan pendengaran. Sebagai contoh, kata dia, pada tempat kerja yang bising, manajemen dapat menerapkan konservasi pendengaran serta mengadakan forum kesehatan guna menangani pekerja-pekerja yang terpapar kebisingan.
Dia menjelaskan gangguan pendengaran ditangani dengan alat bantu dengar dan apabila sudah tidak bisa mendengar serta memiliki biaya lebih, maka dapat memasang implan koklea.
Dokter THT lainnya Tri Juda Airlangga menyebutkan gangguan pendengaran dapat menurunkan kemampuan komunikasi pada anak, bahkan menurunkan prestasi mereka. "Pastinya kan ada kejadian yang kita membutuhkan komunikasi, mendengarkan gurunya, mungkin harus kita lihat apakah dia bisa duduk di mana saja. Tapi karena dia ada gangguan, dia harus lebih konsentrasi untuk memahami satu pelajaran itu," ujarnya.
Menurutnya, gangguan pendengaran pada anak muda banyak disebabkan oleh mendengarkan musik atau konser dengan volume yang keras. Adapun tindakan yang dapat diambil apabila ada gangguan pendengaran, katanya, selain operasi dan alat bantu dengar, juga dengan terapi wicara pada yang masih kecil.