Selasa 19 Mar 2024 19:53 WIB

Guru Besar UMJ Soroti Masih Adanya Ibu yang Keliru Beri Asupan Pengganti ASI

39 persen ibu gagal dalam memberikan ASI ekslusif untuk anak

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Air Susu Ibu yang diperah. 14,3 persen dari ibu yang terkendala memberikan air susu ibu (ASI) ekslusif menggantinya dengan asupan gizi yang tidak tepat
Foto: ist
Air Susu Ibu yang diperah. 14,3 persen dari ibu yang terkendala memberikan air susu ibu (ASI) ekslusif menggantinya dengan asupan gizi yang tidak tepat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei terbaru yang dilakukan oleh Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (Kopmas) menunjukkan, 14,3 persen dari ibu yang terkendala memberikan air susu ibu (ASI) ekslusif menggantinya dengan asupan gizi yang tidak tepat. Di mana, mereka mengganti ASI ekslusif untuk anak dengan kental manis, susu UHT, susu murni, air gula, teh, hingga air tajin.

“Persentase yang memberikan kental manis, UHT, susu murni, dan air gula ini memang terlihat kecil-kecil, tapi dampaknya terhadap kesehatan anak pada masa mendatang cukup besar. Bila tidak diantisipasi, ke depannya akan menjadi beban bagi masyarakat dan juga negara,” ujar Guru Besar Ilmu Gizi Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Tria Astika Endah Permatasari saat menanggapi hasil survei Kopmas di Jakarta, Selasa (19/3/2024).

Profesor termuda UMJ tersebut mengatakan hasil survei yang dilakukan Kopmas semakin memperkuat survei-survei yang sebelumnya mengenai kegagalan ibu menyusui. Sebab itu, dia menilai, hasil survei itu semakin meyakinkan semua pihak, terutama pemerintah, bahwa data tersebut harus menjadi penanda kedaruratan.

“Dari hasil survey ini semakin meyakinkan kita, ini adalah warning bagi kita dan juga pemerintah. Banyak sekali calon-calon generasi masa depan kita yang ternyata tidak mendapat asupan yang tepat sejak bayi,” jelas dia.

Survei yang dilakukan terhadap 1301 ibu di Jabodetabek itu digelar untuk mengidentifikasi persoalan-persoalan yang dialami oleh ibu menyusui. Hasilnya, sebanyak 39 persen ibu gagal dalam memberikan ASI ekslusif untuk anak. Di mana, 27 persen ASI ekslusif terhenti sejak bayi berusia 1 bulan, 44 persen terhenti di usia 5 bulan, sisanya sebanyak 28,5 persen ASI ekslusif terhenti pada rentang usia 2-4 bulan. 

Sekretaris Jenderal Kopmas Yuli Supriati menjelaskan, pada saat ASI untuk bayi terhenti, maka ibu memberikan makanan atau susu pengganti ASI. Sebanyak 85,7 persen ibu yang terkendala ASI memberikan susu formula untuk bayi; 7 persen ibu memberikan kental manis, 4,4 persen ibu memberikan UHT; 1,6 persen ibu memberikan air teh, air gula, air tajin; dan sisanya 1,3 persen ibu memberikan susu murni untuk bayinya. 

“Dari hasil survey ini patut kita perhatikan, ibu-ibu yang terkendala dalam memberikan ASI untuk bayi ternyata masih ada yang keliru memberikan asupan untuk anaknya. Hal itu terlihat dari jenis susu yang diberikan seperti kental manis, UHT dan juga susu murni,” jelas Yuli.

Selain kendala dalam hal pemberian ASI ekslusif, survey tersebut juga menyoroti pilihan makanan yang diberikan ibu selama periode makanan pendamping ASI (MPASI). Pada periode MPASI, selain bahan-bahan seperti telur, ikan, sayur dan buah-buahan yang diberikan untuk anak, kami juga menemukan 8,1 persen ibu menambahkan susu murni ke dalam MPASI anak.

“Kemudian 6 persen menambahkan kental manis, 2,2 persen memberikan UHT, serta 2,8 persen memberikan air gula atau teh,” papar Yuli.

Sementara itu, Dokter Dpesialis Anak RS Permata Depok, Agnes Tri Harjaingrum, yang turut hadir dalam kesempatan itu menerangkan mengenai asupan yang baik untuk anak, khususnya bayi di bawah 1 tahun. “Untuk bayi umur 0 sampai 6 bulan, kalau bukan ASI ya susu formula untuk bayi,” kata dia.

Menurut Agnes, ASI merupakan satu-satunya asupan yang dapat diberikan untuk bayi usia 0 hingga 6 bulan. Tapi, ada beberapa situasi yang membuat ibu terkendala memberikan ASI untuk anak sehingga ibu harus memberikan pengganti ASI berupa susu formula.

“Jangan sampai kita memaksakan ASI ekslusif, sementara memang situasinya tidak memungkinkan. Ini justru berbahaya bagi anak. Yang harus diperhatikan adalah memastikan kebutuhan nutrisi bayi dan anak terpenuhi,” jelas dia.

Lebih lanjut, Agnes juga menyoroti temuan pemberian susu UHT dan susu murni sebagai pengganti ASI maupun pada periode MPASI. Dia menjelaskan, gizi yang terkandung dalam UHT sangat tidak sesuai bagi yang dibutuhkan oleh bayi.

“Dalam UHT juga ada penambahan rasa dan gula, dan ini sangat tidak di rekomendasi untuk bayi 0-6 bulan dimana organ pencernaan masih tumbuh dan berkembang. Sementara untuk susu murni, ada resiko tercemar bakteri atau tidak higienis,” ujar dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement