Rabu 20 Mar 2024 01:30 WIB

Pasar Keuangan Volatil, Ini Risiko yang Perlu Diperhatikan Investor Obligasi

Ekspektasi suku bunga Fed dan dinamika geopolitik perlu jadi perhatian.

Red: Fuji Pratiwi
Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara selama konferensi pers di Gedung Dewan Federal Reserve William McChesney Martin Jr. setelah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal pada Rabu, 26 Juli 2023, di Washington.
Foto: AP Photo/Nathan Howard
Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara selama konferensi pers di Gedung Dewan Federal Reserve William McChesney Martin Jr. setelah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal pada Rabu, 26 Juli 2023, di Washington.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemangkasan suku bunga dinilai membawa optimisme bagi pasar obligasi, faktor risiko yang perlu diperhatikan investor.

Portfolio Manager, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Laras Febriany, menjelaskan, risiko utama adalah apabila terdapat indikasi pemangkasan suku bunga The Fed akan mundur, yang mungkin dipengaruhi oleh data ekonomi AS lebih resilien dari ekspektasi.

Baca Juga

"Perubahan ekspektasi pasar tentunya dapat menyebabkan volatilitas di pasar," kata Laras melalui keterangan tulis, Selasa (19/3/2024).

Selain itu, faktor geopolitik juga dapat menjadi faktor yang tidak dapat diprediksi. Hal tersebut seiring konflik yang masih berlanjut di Timur Tengah dan Ukraina, serta hubungan AS dan China yang cenderung tidak stabil.

"Walau kondisi geopolitik ini tidak memengaruhi ekonomi Indonesia secara langsung, tapi eskalasi kondisi dapat memengaruhi risk appetite investor," ungkap Laras.

Di sisi domestik, perkembangan inflasi dan juga rencana APBN 2025 Presiden terpilih baru akan menjadi perhatian pasar.

Tahun 2024 sebagai tahun yang potensial bagi pasar obligasi didukung adanya potensi pemangkasan suku bunga. Namun tidak bisa dipungkiri, volatilitas jangka pendek masih dapat terjadi hingga ada kejelasan arah kebijakan suku bunga The Fed.

Kondisi global yang fluktuatif di tengah ketidakpastian kebijakan The Fed tentunya mempengaruhi selera investasi investor asing. Positifnya, bauran kebijakan BI yang pro-stabilitas dan minat investor domestik yang kuat berhasil menopang pasar obligasi.

Di periode Januari hingga Februari investor asing mencatat penjualan bersih Rp 5,5 triliun. Namun BI membukukan pembelian bersih Rp 39 triliun, dan investor individu mencatat pembelian bersih Rp 22 triliun.

Permintaan yang kuat di lelang surat utang negara (SUN) juga menjadi indikasi minat investor yang tetap kuat. Hingga akhir Februari 2024, rata-rata penawaran lelang SUN mencapai Rp 58 triliun per lelang, lebih tinggi dari rata-rata penawaran di 2023 Rp 44 triliun.

"Tingkat imbal hasil yang menarik serta optimisme pasar terhadap potensi pemangkasan suku bunga masih mendukung minat investor domestik terhadap pasar obligasi," kata Laras.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement