REPUBLIKA.CO.ID, “Kelaparan akan segera terjadi di Jalur Gaza utara, diperkirakan antara saat ini sampai Mei.”
Komisaris Jenderal Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNRWA, Philippe Lazzarini mengunggah pernyataan itu di platform X, Selasa (19/3/2024). Menurutnya, warga Palestina di Gaza, termasuk anak-anak tengah berada dalam kondisi semakin memprihatinkan lantaran sudah tidak memiliki akses lagi terhadap bantuan makanan.
Lazzarini pun mengaku ditolak masuk ke Gaza oleh otoritas Israel. Padahal, ia menekankan bahwa sejauh ini UNRWA telah mendominasi semua organisasi kemanusiaan di Gaza yang membantu warga Palestina di tengah agresi Israel.
“Kunjungan saya hari ini untuk mengoordinasikan dan meningkatkan penanggulangan kemanusiaan,” kata kepala badan PBB itu.
Menurut Lazzarini, seluruh penduduk Gaza yang berjumlah dua juta orang sedang menghadapi krisis kerawanan pangan atau bahkan lebih buruk lagi, katanya menegaskan. Sebagian penduduk sudah kehabisan persediaan makanan dan kemampuan untuk bertahan.
"Mereka sedang berjuang melawan bencana kelaparan (IPC Fase 5) dan kelaparan”.
Sebelumnya, Badan anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) mengatakan, 13 ribu lebih anak terbunuh akibat serangan Israel di Gaza. UNICEF menambahkan bahwa banyak anak-anak yang mengalami malnutrisi akut dan “bahkan tidak memiliki tenaga untuk menangis”.
Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell pada Ahad (17/3/2024) mengatakan kepada CBS News bahwa ribuan orang lainnya terluka dan UNICEF sendiri bahkan tidak dapat menentukan keberadaan mereka.
“Bisa jadi mereka terjebak di bawah reruntuhan … Kami belum pernah melihat tingkat kematian anak-anak sebesar itu di hampir semua konflik lain di dunia,” katanya.
“Saya pernah mendatangi bangsal anak-anak yang menderita anemia malnutrisi parah, semua bangsal benar-benar sepi. Karena anak-anak dan bayi-bayi itu … bahkan tidak mempunyai tenaga untuk menangis”," ujarnya menambahkan.