Rabu 20 Mar 2024 09:50 WIB

Menlu Retno: Penerapan AI Harus Mendukung Demokrasi

Hubungan antara demokrasi dan teknologi seharusnya menjadi kekuatan untuk kebaikan.

Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, berbicara dalam konferensi pers bersama dengan timpalannya dari Selandia Baru usai pertemuan mereka di Jakarta, Indonesia, (14/3/2024).
Foto: EPA-EFE/BAGUS INDAHONO
Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, berbicara dalam konferensi pers bersama dengan timpalannya dari Selandia Baru usai pertemuan mereka di Jakarta, Indonesia, (14/3/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyatakan bahwa penerapan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) harus bisa mendukung demokrasi di dunia modern. “Baik demokrasi maupun teknologi digital bersifat transformatif, keduanya mengubah cara kita mengambil keputusan penting, terutama upaya untuk meningkatkan inklusivitas,” kata Retno dalam the Third Summit for Democracy “AI/Digital Technology and Democracy” yang berlangsung di Seoul, Korea Selatan, Senin, (18/3/2024).

Guna memastikan tercapainya tujuan tersebut, perlu didorong tata kelola digital global yang demokratis. Menurut Retno, teknologi transformatif seperti AI harus dinavigasi oleh dan demi kepentingan banyak orang.

Baca Juga

“Jalan menuju tata kelola digital global harus bebas, terbuka, aman, tidak terfragmentasi, dan inklusif. Indonesia sendiri telah memperkenalkan peraturan mengenai etika AI, baik di tingkat nasional maupun di tingkat ASEAN,” ujarnya. Retno kemudian memaparkan pentingnya menutup kesenjangan digital global dan memperlakukan AI sebagai barang publik global.

“Namun, tidak ada satu metode yang cocok untuk semua. Selain menjunjung tinggi hak asasi manusia, negara juga harus bisa mendapatkan akses digital yang mudah, adil, dan merata,” kata dia.

Retno pun menegaskan bahwa suara negara-negara berkembang harus menjadi bagian yang hakiki dalam rangkaian pembangunan digital global. “Indonesia aktif mengambil bagian dalam perundingan Global Digital Compact dan jalur lain di PBB dan forum internasional,” katanya.

Lebih lanjut, Menlu Retno mengingatkan bahwa AI bisa menjadi “pedang bermata dua”. “Meskipun AI adalah alat demokrasi, AI dapat digunakan juga menjadi alat manipulasi dan disinformasi. Oleh karena itu, kita harus bergandengan tangan untuk memupuk literasi digital serta inovasi melawan berita palsu yang dimanipulasi dan penyalahgunaan AI termasuk dalam melawan serangan siber,” katanya.

Sebelum menutup pernyataannya, Retno menekankan bahwa hubungan antara demokrasi dan teknologi seharusnya menjadi kekuatan untuk kebaikan. “Dan tugas kita bersama adalah memastikan tujuan tersebut,” tuturnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement