Rabu 20 Mar 2024 16:06 WIB

Merek yang Diboikot Kembali Diminati Saat Ramadhan, Ternyata Ini Alasannya

Beragam produk tersebut mulai kembali diminati pada Ramadhan kali ini.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ahmad Fikri Noor
Asosiasi ritel dan ekosistem menggelar konferensi pers soal pemberantasan impor ilegal, di Jakarta, Selasa (19/3/2024).
Foto: Republika/Iit Septyaningsih
Asosiasi ritel dan ekosistem menggelar konferensi pers soal pemberantasan impor ilegal, di Jakarta, Selasa (19/3/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) menyatakan, dampak boikot terhadap berbagai merek yang diduga terafiliasi Israel mulai mereda. Bahkan, beragam produk tersebut mulai kembali diminati pada Ramadhan kali ini.

"Sudah mulai pulih. Itu karena orang sadar juga, yang diboikot teman sebangsa juga, itu kan mereka mengambil merek doang," ujar Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah saat ditanya Republika, Selasa (19/3/2024).

Baca Juga

Ia khawatir aksi boikot ini sengaja dimanfaatkan guna persaingan bisnis. Padahal sebenarnya produk yang dimaksud rata-rata tidak mendukung aksi genosida yang dilakukan Israel ke Palestina.

Budi menjelaskan, aksi boikot yang dilakukan selama ini, 90 persennya merupakan produk buatan Indonesia. Bahkan melibatkan petani, peternak, serta karyawan lokal.

"Jadi ruginya 95 persen ke kita. Mungkin merek lisensi bayar cuma 3 persen. Merek asing paling (bayar) 3 persen, kalau diboikot dia rugi 3 persen, kita 97 persen," ungkapnya.

Maka, lanjut dia, jika ingin memboikot, carilah produk impor langsung buatan Israel. "Kalau masih made in Indonesia, jangan dong," kata dia. 

Dirinya menegaskan, berbagai perusahaan Indonesia tidak mendukung hal yang tidak baik seperti genosida. Kini, lanjut Budi, beberapa mereka seperti Kentucky Fried Chicken (KFC) tengah memulihkan usahanya.

"Masih ada ada turun. Memulihkan kembali perlu waktu, kita harap dukung karena lokal semua kasetnya juga lokal. Kasihan dong," tutur dia. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement