REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftah Faqih mengungkapkan salah satu cara untuk membangun sikap tawadhu. Menurut dia, seseorang harus mengetahui asal usulnya terlebih dahulu untuk membangun sikap tawadhu.
"Tawadhu atau kerendahan hati itu bisa dibangun kalau kita tahu asal-usul kita," ujar Kiai Miftah saat menyampaikan Kuliah Subuh di hadapan 890 petugas haji yang sedang mengikuti Bimtek PPIH Arab Saudi di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Rabu (20/3/2024).
Dia menuturkan, asal-usul manusia itu berasal dari materi yang paling rendah kualitas, yaitu dari tanah. Dalam salah satu hadist juga disebutkan, “Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari gumpalan tanah yang diambil dari seluruh tempat yang ada di bumi".
Dengan demikian, kata Kiai Miftah, sebenarnya tidak ada tempat bagi manusia untuk bersikap sombong atau takabur. "Maka tidak ada tempat sebenarnya buat kita untuk takabbur," ucap Pengasuh Pondok Pesantren Benda Kerep Kota Cirebon ini.
Setelah menyadari hal itu, lanjut dia, seseorang juga akan mengetahui fungsi manusia itu untuk bersujud atau menghamba kepada Allah SWT. "Dan kita tidak bisa sujud kalau kita tidak punya ketawadhuan," kata Kiai Miftah.
Dengan sikap tawadhu ini, menurut dia, para peserta Bimtek PPIH Arab Saudi juga akan bisa menjalin relasi dengan yang lainnya, sehingga nantinya akan menjadi satu kesatuan.
"Kemarin kita hadir dengan saling tidak mengetahui. Tapi setelah itu kita saling mengenal. Setekah taaruf, lalu ada kesadaran ittihad atau menyatu dalam satu entitas yang namanya PPIH," jelas Kiai Miftah.
Dia menambahkan, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) merupakan sebuah koloni atau ummah, yang berasal dari berbagai macam latar belakang sosial. Namun, dengan kesadaran ittihad atau saling menopang, akan muncul level berikutnya yaitu cinta.
"Topangan ini dilandasi dengan cinta. Dari cinta akan muncul keramahan. Dari keramahan akan muncul saling memiliki. Kita tidak lagi berbicara dari mana Anda, tapi untuk apa kita di sini? Yaitu untuk melayani tamu Allah," kata Kiai Miftah.