REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Bappenas menyatakan, zakat dan wakaf berpotensi besar mendukung pembangunan nasional. Kedua instrumen tersebut dinilai memiliki nilai strategis dalam mengurangi kemiskinan, kebodohan, dan kesenjangan.
Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas Amich Alhumami menyebutkan, zakat berpotensi besar, mencapai Rp 250,4 triliun per tahun. Hanya saja menurutnya, potensi tersebut belum digali secara maksimal.
Maka, kata dia, zakat yang berhasil dikumpulkan hanya sebesar Rp 22,5 triliun. Angka itu baru 8,9 persen dari potensi zakat secara umum.
Kementerian PPN/Bappenas pun menggelar Zakat Wakaf Impact Forum. Amich menuturkan, awalnya beberapa organisasi penyelenggara zakat dan wakaf sering mengundang Kementerian dalam berbagai kesempatan.
Sebagian dari mereka juga berkunjung ke kantor Kementerian PPN/Bappenas guna menyampaikan laporan perkembangan tentang kegiatan terkait pengelolaan zakat serta aktivitas apa saja yang didukung melalui mobilisasi dana zakat untuk kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan. "Sesungguhnya (kegiatan pengelolaan zakat, infak, sedekah dan wakaf/ziswaf) itu senafas dengan program-program pembangunan nasional. Oleh karena itu, kegiatan yang sudah sangat positif dan sangat bagus (dari berbagai organisasi penyelenggara zakat dan wakaf) kami respons (dengan) menyelenggarakan satu event," tutur dia.
Amich menilai, apa yang dikerjakan oleh belbagai organisasi pengelola zakat, seperti Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU), Lembaga Amil Zakat Nahdlatul Ulama (LAZISNU), Forum Zakat dan Rumah Zakat disebut sudah melakukan kerja sama dalam pelaksanaan Sustainable Development Goals (SDGs). Di antaranya menghapus kemiskinan, mencapai kehidupan sehat dan sejahtera, dan pendidikan berkualitas.
"Karena itu, program-program yang sudah dijalankan juga sejalan dengan apa yang dikerjakan oleh Bappenas. Maka menjadi penting dan rasanya relevan jika itu kemudian disambut oleh Bappenas yang kebetulan berada di ruang lingkup kedeputian pembangunan manusia, masyarakat dan kebudayaan," jelasnya.
CEO Rumah Zakat Irvan Nugraha mengatakan, lembaga zakat menjadi salah satu pemangku kepentingan utama dalam mendorong pencapaian keberhasilan dari target-target SDGs. Sepanjang 2023, Rumah Zakat menyebutkan, sudah memberikan 1,6 juta penerima manfaat dan 21 persen dari angka tersebut yang menerima program pemberdayaan ekonomi berhasil keluar dari garis kemiskinan.
Dia mengklaim pula sudah berkontribusi terhadap 13 tujuan dan 46 indikator dari SDGs, seperti Tujuan satu (tanpa kemiskinan), Tujuan dua (tanpa kelaparan), Tujuan tiga (kehidupan sehat dan sejahtera), Tujuan delapan (air bersih dan sanitasi layak) hingga Tujuan 13 (penanganan perubahan iklim). "Masyarakat yang memiliki surplus dana dapat berkolaborasi terhadap pembangunan nasional melalui kolaborasi dengan lembaga zakat," jelas dia.