Kamis 21 Mar 2024 08:30 WIB

Khamenei: Israel Biang Keladi Gejolak di Timur Tengah

Penindasan besar selama 10 tahun yang dilakukan Israel harus segera dihentikan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei berbicara kepada media setelah memberikan suaranya pada pemilihan legislatif Iran di Teheran, Iran, (1/3/2024).
Foto: EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENAREH
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei berbicara kepada media setelah memberikan suaranya pada pemilihan legislatif Iran di Teheran, Iran, (1/3/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan gejolak di Timur Tengah disebabkan Israel. Menurut dia, penindasan yang sangat besar selama 10 tahun yang dilakukan Israel harus segera dihentikan.

“Siapa pun yang melakukan jihad besar ini, jihad kemanusiaan, jihad Islam, jihad hati nurani, kami mendukung dan membantunya, dan dengan rahmat Tuhan kami akan mencapai tujuan kami,” katanya dalam pidato yang disiarkan stasiun televisi pemerintah, seperti dikutip dari Aljazirah, Rabu (20/3/2024).

Baca Juga

Khamenei mengatakan pemahaman Amerika Serikat (AS) dalam masalah-masalah kawasan salah. "Di mana pun di kawasan ini, di Yaman, Suriah, Lebanon, Amerika selalu mengaitkan tindakan yang diambil dengan perjuangan dan pasukan perlawanan yang berani dengan Iran. Ini analogi yang salah yang akan membawa Amerika bertekuk lutut," kata Khamenei  .

Sementara itu Dr Margaret Harris dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggambarkan kematian 685 petugas kesehatan di Gaza “mengejutkan”. Lebih dari 900 staf medis lainnya terluka sejak perang Israel di Gaza dimulai pada bulan Oktober. “Sejak kami mulai mendokumentasikan hal ini, jumlahnya meningkat pesat. Ini adalah salah satu perjanjian pertama seputar aturan perang, bahwa layanan kesehatan harus dilindungi karena merupakan hak asasi manusia,” kata Harris.

“Kehancuran ini membuat semakin sulit untuk mereka yang hanya berusaha memberikan layanan penyelamatan jiwa kepada banyak orang,” tambahnya. Ia mencatat, para petugas kesehatan juga sangat lapar dan tidak punya air. “Kelaparan mengintai setiap pintu di Gaza,” kata Harris.

Komite Internasional Palang Merah (ICRC) mengatakan tidak ada cukup akses terhadap air bersih dan perawatan medis di Gaza. ICRC menambahkan lebih dari 1,6 juta orang kini tinggal di Rafah. “Beberapa keluarga menerima sekaleng makanan setiap dua hari sekali untuk seluruh keluarga,” kata ICRC di media sosial X.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement